Sediksi.com – Emmanuel Macron, Presiden Prancis, pada hari Senin menemui para ketua dari kedua parlemen Prancis, Majelis tinggi dan Majelis Rendah (3/7).
Keesokan harinya, ia juga akan menemui 220 walikota yang wilayahnya terdampak akibat kerusuhan Prancis yang berlangsung berhari-hari sejak 28 Juni lalu.
Kedua agenda tersebut ditetapkan setelah rapat darurat yang diselenggarakan Minggu malam bersama beberapa pihak kementerian Prancis dan mulai meredanya kerusuhan Prancis (2/7).
Kerusuhan Prancis baru mereda setelah pemakaman Nahel dan atas pesan neneknya
Nahel M. adalah seorang warga Prancis keturunan Algeria-Maroko berusia 17 tahun yang ditembak oleh polisi Nanterre, kota pinggiran Prancis hingga meninggal, karena menolak menghentikan mobilnya pada Selasa pagi, 27 Juni 2023.
Setelah berita kematian Nahel menyebar luas, warga Prancis menganggap tindakan polisi tersebut sebagai aksi rasisme.
Hal ini dikarenakan rasisme sendiri telah mengakar dalam lembaga penegak hukum Prancis dengan menekan kesejahteraan hidup orang kulit hitam dan migran keturunan Arab, terutama yang tinggal di wilayah Prancis bagian pinggir dengan kondisi ekonomi yang kurang baik.
Warga Prancis pun memprotes tindakan polisi tersebut dengan turun ke jalan, merusak fasilitas umum maupun pribadi, melakukan penjarahan, mengacaukan kota-kota selama berhari-hari sejak kematian Nahel.
Kerusuhan baru mulai menunjukkan tanda-tanda mereda setelah pemakaman Nahel yang diselenggarakan pada Sabtu, 1 Juli 2023.
Proses pemakaman dilakukan di Masjid Agung Nanterre dan dijaga oleh relawan rompi kuning. Selain itu, ratusan orang berbaris berusaha memasuki masjid tersebut, sementara puluhan lainnya menonton dari seberang jalan.
Dalam kesempatan pemakaman tersebut, warga Kota Nanterre yang diwawancarai mengaku aparat polisi Nanterre memang sering membuat masalah dengan warga yang tinggal di wilayah tersebut.
Komentar tersebut disampaikan oleh Marie, wanita berusia 60 tahun yang sudah tinggal di Nanterre selama 50 tahun.
“Semua ini seharusnya segera dihentikan. Pemerintah sudah benar-benar buta dan jauh dari realita yang kita hadapi,” ucapnya.
Selain pemakaman Nahel, tanda-tanda mulai meredanya kerusuhan juga menguat setelah nenek korban mengumumkan pada BFMTV, stasiun TV Prancis, agar kerusuhan segera dihentikan.
“Berhenti membuat kerusuhan, berhenti merusak,” ucapnya pada Minggu, 2 Juli 2023.
“Aku mengatakan ini kepada kalian yang melakukan kerusuhan: jangan merusak jendela, sekolah, dan bus. Hentikan! Ada banyak ibu-ibu yang memerlukan bus tersebut,” lanjutnya.
“Kita ingin semuanya bisa kembali tenang,” katanya.
Nenek Nahel juga mengakui banyak yang sengaja menggunakan Nahel sebagai alasan untuk ikut aksi kerusuhan yang kebanyakan diikuti oleh penduduk yang masih di bawah umur.
Di waktu yang bersamaan dengan pernyataan nenek Nahel, 45.000 polisi diturunkan untuk mengamankan situasi dan disebarkan di seluruh wilayah Prancis.
Gérald Darmanin, Menteri Dalam Negeri Prancis mengatakan pengerahan pasukan polisi sebanyak itu sangat diperlukan untuk situasi tersebut dan mengklaim keputusan tersebut berhasil karena mulai menurunnya angka aksi kekerasan.
Warga Prancis masih belum selesai menjarah
Di tengah situasi kerusuhan Prancis yang mulai surut, sayangnya tidak begitu dengan aksi penjarahan di Prancis yang masih berlangsung.
Penjarahan yang terjadi di Prancis sendiri dilaporkan terjadi di beberapa kota seperti Lyon, Marseille, dan Grenoble. Sementara itu, kerusuhan yang terjadi meluas ke beberapa wilayah dalam dan luar Prancis dengan pemetaan sebagai berikut.
Area Paris, Ibukota Prancis:
- Pusat Paris
- Aubervilliers
- Clamart
- Clichy Sous-Bois
- Essonne
- Montreuil
- Nanterre
- Viry-Châtillon
Area selain Paris:
- Amiens
- Annecy
- Bordeaux
- Dijon
- Grenoble
- Lille
- Lyon
- Marseille
- Nantes
- Pau, Roubaix
- Saint-Etienne
- Toulouse
- Tourcoing
Luar Prancis:
- Brussel, Belgia
Meski kerusuhan terlihat mereda, Paris belum sepenuhnya padam
Laurent Nunez, Kepala Polisi Paris mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan kerusuhan di Paris sudah reda.
“Memang kerusakan yang terjadi semakin berkurang, tapi kami akan tetap berjaga-jaga hingga beberapa hari ke depan. Kami sangat fokus saat ini, tidak ada seorang pun yang mengklaim kemenangan,” ucapnya.
Sejak 45.000 polisi diturunkan untuk menangani kerusuhan, polisi telah menangkap 3.000 orang sejak Selasa.
Diketahui para perusuh tidak hanya menyerang fasilitas umum, tapi juga fasilitas pribadi warga sipil Prancis lainnya, dan tentunya properti atau kepunyaan pemerintah.
Hari Senin, Para perusuh memasuki halaman walikota di La Richie, bagian luar dari Kota Tours. Mereka berusaha membakar mobil walikota (3/7).
Sehari sebelumnya, perusuh juga menyerang walikota lain. Mereka berusaha menabrakkan mobil yang terbakar ke rumah Vincent Jeanbrun, walikota L’Haÿ-les-Roses yang terletak 15 km dari selatan Paris pada pukul 1 dini hari.
Sayangnya, Jeanbrun sedang berada di balai kota saat kejadian tersebut berlangsung. Dari kejadian ini, istrinya mengalami patah tulang kaki karena berusaha melarikan diri bersama kedua anaknya.