Sediksi – Jalur Sutra kuno dipakai sebagai jaringan rute perdagangan yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika. Jalur ini merupakan sumber pertukaran budaya, kemakmuran ekonomi, dan inovasi teknologi.
Saat ini, China menghidupkan kembali semangat Jalur Sutra dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), sebuah strategi pembangunan global yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama di antara negara-negara di sepanjang jalur tersebut.
Salah satu mitra utama China dalam BRI adalah Kuwait, sebuah negara kecil yang kaya akan minyak di Teluk Persia. Kuwait dan Cina memiliki sejarah panjang persahabatan dan saling menguntungkan, sejak tahun 1970-an ketika Kuwait menjadi negara Arab pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.
Sejak saat itu, kedua negara telah memperdalam hubungan mereka di berbagai bidang, seperti perdagangan, energi, investasi, budaya, dan pendidikan.
Pada tahun 2013, Kuwait bergabung dengan BRI dan setuju untuk bekerja sama dengan Cina dalam membangun sebuah kota baru di Kuwait utara, yang disebut Madinat al-Hareer atau Silk City.
Megaproyek jalur sutra China Kuwait ini merupakan bagian dari Visi 2035 Kuwait, sebuah rencana nasional untuk mendiversifikasi ekonominya dan mentransformasikan diri menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional.
Silk City dibayangkan sebagai kota metropolitan modern yang akan menarik wisatawan, investor, dan bisnis dari seluruh dunia.
Megaproyek Jalur Sutra China Kuwait
Silk City adalah salah satu dari megaproyek jalus sutra China Kuwait dengan proyek infrastruktur terbesar dan paling ambisius di dunia. Proyek ini mencakup area seluas 250 kilometer persegi dan akan menelan biaya hingga $86 miliar untuk membangunnya.
Megaproyek jalur sutra China Kuwait ini akan mencakup berbagai fasilitas dan atraksi, seperti:
- Gedung pencakar langit setinggi 1.001 meter, yang disebut Burj Mubarak al-Kabir, yang akan menjadi gedung tertinggi di dunia ketika selesai dibangun.
- Zona perdagangan yang akan menghubungkan Kuwait dengan negara-negara lain di kawasan ini dan sekitarnya.
- Jaringan kereta api yang akan menghubungkan Silk City dengan Kuwait City dan bagian lain dari negara ini.
- Bandara internasional yang akan berfungsi sebagai pintu gerbang bagi para pelancong dan kargo.
- Area logistik yang akan menangani barang dan jasa yang dapat diperdagangkan.
- Pusat industri yang akan mendukung usaha kecil dan menengah.
- Sebuah distrik budaya yang akan menampilkan warisan dan seni Kuwait.
- Kota olahraga yang akan menjadi tuan rumah acara dan kompetisi besar.
- Sebuah pulau rekreasi yang akan menawarkan pilihan hiburan dan rekreasi.
- Cagar alam yang akan melestarikan keanekaragaman hayati dan ekologi daerah tersebut.
Silk City diharapkan dapat menciptakan ribuan lapangan kerja, menghasilkan pendapatan miliaran dolar, dan meningkatkan daya saing dan inovasi Kuwait. Hal ini juga akan meningkatkan peran Kuwait dalam BRI dan memperkuat kemitraan strategisnya dengan China.
Pembangunan Infrastruktur yang Ambisius
Dalam pembangunan megaproyek jalur sutra China Kuwait, Silk City dibagi menjadi beberapa fase, masing-masing dengan tujuan dan tantangannya sendiri. Fase pertama, yang dimulai pada tahun 2019, berfokus pada pembangunan Jalan Raya Sheikh Jaber Al-Ahmad Al-Sabah dan Pelabuhan Mubarak Al-Kabeer.
Sheikh Jaber Al-Ahmad Al-Sabah Causeway adalah jembatan sepanjang 36 kilometer yang menghubungkan Kuwait utara ke Kuwait City. Jembatan ini selesai dibangun dan diresmikan pada bulan Mei 2019, menjadikannya salah satu jembatan terpanjang di dunia.
Jembatan ini melintasi dua pulau buatan yang dibangun untuk tujuan hiburan dan pariwisata. Jembatan ini mengurangi waktu tempuh antara dua area dari 90 menit menjadi kurang dari 20 menit. Hal ini juga memfasilitasi akses ke Silk City dan pembangunan megaproyek jalur sutra China Kuwait lainnya di Kuwait utara.
Pelabuhan Mubarak Al-Kabeer adalah pelabuhan yang sedang dibangun di Pulau Bubiyan, pulau terbesar di Kuwait. Pelabuhan ini merupakan bagian dari BRI China dan bertujuan untuk menjadi pusat regional untuk perdagangan dan transportasi maritim.
Pelabuhan ini akan memiliki kapasitas 3,6 juta TEUs (twenty-foot equivalent units) per tahun saat beroperasi penuh.
Pelabuhan ini juga akan memiliki jalur kereta api ke proyek Kereta Api Teluk, yang menghubungkan Kuwait dengan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk lainnya. Pelabuhan saat ini sedang dibangun dan tahap pertama telah selesai pada April 2021.
Fase kedua pembangunan megaproyek jalur sutra China Kuwait, Silk City akan fokus pada pengembangan Subiya, area di mana sebagian besar fasilitas dan atraksi kota akan berada. Fase ini akan membutuhkan lebih banyak investasi, koordinasi, dan inovasi dari para pemangku kepentingan Kuwait dan China.
Nilai Megaproyek yang Fantastis
Megaproyek jalur sutra China Kuwait, Silk City bukan hanya sebuah prestasi teknik yang masif, tetapi juga merupakan upaya visioner yang mencerminkan aspirasi Kuwait untuk masa depan.
Proyek ini memiliki nilai yang sangat besar bagi Kuwait dan China dalam hal aspek ekonomi, sosial, dan budaya.
Secara ekonomi, Silk City akan mendiversifikasi sumber pendapatan Kuwait dan mengurangi ketergantungannya pada minyak. Hal ini juga akan menciptakan peluang baru untuk perdagangan, investasi, dan kewirausahaan.
Ini akan meningkatkan PDB Kuwait, pendapatan pajak, dan cadangan devisa. Hal ini juga akan meningkatkan infrastruktur, teknologi, dan produktivitas Kuwait.
Secara sosial, Silk City akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga dan penduduk Kuwait. Ini akan memberi mereka lebih banyak pekerjaan, layanan, dan fasilitas.
Hal ini juga akan mendorong kohesi sosial, inklusi, dan keharmonisan di antara berbagai kelompok dan komunitas. Hal ini juga akan meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Secara budaya, Silk City akan menampilkan warisan dan identitas Kuwait yang kaya dan beragam. Kota ini juga akan merayakan pencapaian dan kontribusinya kepada dunia. Ini juga akan memfasilitasi pertukaran budaya dan dialog dengan negara dan peradaban lain. Ini juga akan menginspirasi kreativitas, inovasi, dan keunggulan.