Penggunaan Cina, China, dan Tiongkok: Bagaimana Sebaiknya?

Penggunaan Cina, China, dan Tiongkok: Bagaimana Sebaiknya?

penggunaan cina china dan tiongkok

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Indonesia telah mengenal dua nama lain untuk Tiongkok, yaitu China dan Cina.

Ketiganya sama-sama merujuk pada negara dengan populasi terbanyak di dunia yang saat ini dipimpin oleh Xi Jinping

Berdasarkan sejarah awalnya, istilah pertama yang digunakan oleh Indonesia adalah Tiongkok. Istilah ini pertama kali dikenalkan pada awal abad ke-20 dari alih aksara Zhong guo, yang merupakan ejaan lain untuk Chung Kuo

Istilah Tiongkok berubah menjadi Cina sejak 1967 melalui Surat Edaran, pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto.

Keputusan ini menjadi salah satu faktor yang mengeskalasi konflik diskriminasi terhadap orang atau komunitas Tiongkok tulen maupun peranakannya. Kemudian, keputusan tersebut menambah catatan sejarah kelam Indonesia, lebih buruk lagi, mewariskan trauma dari generasi ke generasi.

Konflik ini masih saja memanas, bahkan dua dekade setelah Soeharto lengser pada 1998.

Kemudian pada tahun 2014, SBY menyetujui petisi pencabutan Surat Edaran tersebut dan istilah Tiongkok akhirnya digunakan kembali.

Sehingga di antara Cina, China, dan Tiongkok, penggunaan istilah yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia sejak tahun 2014 adalah Tiongkok. 

Cina

penggunaan cina china dan tiongkok
Soeharto (kompas/JB Suratno)

Istilah Cina baru mulai digunakan pada tahun 1967 di bawah pemerintahan Soeharto, Presiden Indonesia kala itu.

Soeharto mengeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967 yang di dalam dokumen tersebut mengganti Tiongkok/TIonghoa menjadi Cina. 

Surat Edaran tersebut juga diikuti dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang mana keduanya sama-sama memberikan konotasi negatif terhadap individu maupun komunitas Tiongkok. 

China

Penggunaan istilah China (dibaca: Caina) ini lebih umum ditemukan dalam percakapan sehari-hari baik verbal maupun tulisan, jika dibandingkan dengan dua istilah lainnya, Cina dan Tiongkok.

Sebab di dunia memudahkan terkoneksi dengan dunia luar melalui internet, menjadi lebih mudah terpapar oleh informasi-informasi dari luar. 

Mengingat istilah China sendiri juga digunakan dalam Bahasa Inggris, bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh negara.

Sehingga membuat semakin banyak orang, khususnya orang Indonesia, saat ini lebih cepat familiar dengan istilah China.

Tiongkok

penggunaan cina china dan tiongkok
Susilo Bambang Yudhoyono (tribunnews/herudin)

Istilah Tiongkok pertama kali digunakan kembali pada 2 Oktober 2013 oleh Marzuki Ali, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) ketika Xi Jinping datang ke Gedung DPR RI untuk berpidato soal Jalur Sutra Maritim.

Saat Marzuki menyampaikan kata sambutannya, ia menggunakan istilah Republik Rakyat Tiongkok.

Pergantian istilah dari China menjadi Tiongkok atau Tionghoa disahkan sejak 14 Maret 2014.

Keputusan Presiden (Keppres) No. 12/2014 tersebut ditandatangani oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang pada tahun 2014 masih menjabat sebagai Presiden Indonesia.

SBY menilai, perlakuan dan pandangan diskriminatif terhadap seseorang, kelompok, komunitas dan/atau ras tertentu, pada dasarnya melanggar nilai dan prinsip perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).

Sebab tindakan diskriminatif tersebut jelas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang (UU) tentang HAM, serta UU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan etnis.

Mengingat penggunaan istilah China yang sebelumnya sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun telah menimbulkan dampak psikososial-diskriminatif dalam hubungan sosial warga Indonesia dari keturunan Tionghoa. 

Dengan disahkannya Keppres ini, berikut ini dua poin utama yang telah disepakati.

  • Penggunaan istilah untuk individu atau komunitas Tjina/China/Cina baik untuk peranakan maupun tulen diubah menjadi Tionghoa
  • Penyebutan negara Republik Rakyat China diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok

Peraturan baru ini diimplementasikan di semua bidang, termasuk dalam lingkup formal seperti kegiatan penyelenggaraan di pemerintahan.

‘Cina’ lebih sering ditemukan di kehidupan sehari-hari

Dari ketiga istilah, penggunaan istilah Cina dan China masih lebih sering ditemukan di kehidupan sehari-hari baik dalam percakapan verbal maupun tulisan, jika dibandingkan dengan istilah Tiongkok. 

Meski masih menggunakan istilah Cina dan China, semakin banyak yang paham bahwa tidak ada maksud buruk dalam penggunaan istilah tersebut.  

Khusus untuk istilah China sendiri, selain lebih umum digunakan juga bisa dipandang sebagai jalan tengah karena dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional pun menggunakan istilah tersebut. 

Jika ingin mematuhi kaidah Bahasa Indonesia yang benar dan hendak membiasakan kebiasaan yang benar, maka istilah Tiongkok lebih tepat untuk digunakan dibandingkan dengan istilah Cina maupun China.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel