Sediksi.com – Antara kudeta, pemberontakan, dan revolusi, ketiganya sama-sama bisa dikatakan sebagai upaya mengubah atau mengambil alih kekuasaan secara paksa. Tapi tidak bisa digunakan secara bersamaan karena tidak hanya maknanya yang berbeda, tapi juga karakteristiknya.
Kudeta terdiri dari beberapa jenis. Sedangkan kudeta yang sering erat kaitannya dengan pemberontakan dan revolusi adalah kudeta militer.
Kudeta
Apa itu kudeta berakar dari kata “coup” yang diambil dari Bahasa Prancis Tua yang berarti “ledakan”, “pukulan”, ”tamparan”, atau tindakan yang dilakukan secara mengejutkan, tiba-tiba, dan cepat.
Pada era Prancis Modern, kata tersebut digunakan untuk menjelaskan tindakan dari menepuk hingga mencambuk punggung yang menimbulkan suara mengejutkan seperti geledek, hembusan angin, atau tembakan.
Definisi “coup” yang kita pahami saat ini berasal dari istilah coup d’état yang muncul pada abad ke-17. Yaitu upaya menggulingkan pemerintah yang sah dan dilakukan oleh sekelompok kecil orang.
Perubahan dari coup d’état menjadi “coup” tidak memiliki arti yang signifikan kecuali agar lebih singkat saja.
Sesuai makna aslinya, “coup” atau kudeta berlangsung secara mengejutkan, tiba-tiba, cepat, dan tidak jarang dilakukan dengan kekerasan.
Sama seperti istilah coup de foudre yang dalam Bahasa Prancis secara harfiah artinya sambaran petir. Elemen mengejutkan inilah yang selalu lekat dengan definisi “coup” atau kudeta.
Dengan demikian, arti kudeta adalah pemngambil alihan kekuasaan secara cepat, dan mungkin menyertakan paksaan.
Contoh kasus terbaru ialah upaya kudeta di Niger, negara Kawasan Afrika Barat yang baru dimulai sejak 26 Juli 2023.
Upaya kudeta tersebut dilakukan oleh militer Niger dengan menyerang gedung kepresidenan dan menahan presiden sah mereka. Lalu, Kepala Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) mereka menunjuk dirinya sendiri sebagai presiden baru Niger melalui stasiun TV nasional.
Karakteristik kudeta
Kudeta tidak terbatas diikuti oleh gerakan masa atau intervensi militer. Tapi tidak bisa dipungkiri, penggunaan kekerasan dalam kudeta cenderung membuat upaya penggulingan kekuasaan menjadi lebih mudah dan cepat.
Dengan kata lain, kudeta ini juga bisa dilakukan oleh sipil atau kelompok yang bukan dari kalangan militer.
Maka dari itu, kudeta juga memiliki beberapa jenis. Berikut ini beberapa yang cukup populer.
- Self-coup, ketika pemimpin negara yang sah melakukan cara yang ilegal untuk mempertahankan kekuasaannya. Upaya ini sering dilakukan oleh diktator dengan masa jabatan yang lama
- Soft coup, upaya kudeta yang dilakukan tanpa tekanan atau kekerasan. Misalnya upaya kudeta terhadap presiden Kolombia pada Juni 2023 oleh sekelompok politisi oposisinya dengan mengirimkan surat yang sudah ditandatangani oleh mereka
- Palace coup, upaya kudeta yang dilakukan oleh anggota kerajaan. Misalnya pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah (bukan anggota kerajaan) yang dilakukan oleh anggota kerajaan. Bisa juga dilakukan oleh anggota kerajaan yang berkuasa sah oleh anggota kerajaan lainnya
- Putsch, istilah yang berasal dari Swiss-Jerman yang berarti ‘mengetuk’ ini adalah upaya kudeta yang dilakukan oleh segelintir orang dalam badan resmi seperti militer. Contohnya insiden Kornilov putsch di Rusia pada tahun 1917
- Pronunciamiento, berasal dari Bahasa Spanyol dan pertama kali terjadi di abad ke-19 Spanyol. Kudeta jenis ini menjadi yang paling sering terjadi di fenomena kudeta negara-negara Afrika akhir-akhir ini karena sama-sama dilakukan oleh pemimpin tentara
Adapun karakteristik kedua kudeta yakni tidak bergantung pada satu orientasi politik. Kudeta bisa dilakukan oleh kelompok sayap kanan, sayap kiri, ataupun tidak keduanya. Sehingga, kudeta bisa dianggap tindakan menetralkan politik.
Itulah sebabnya di kebanyakan kasus kudeta, tidak ada anggapan bahwa kebijakan khusus akan segera disahkan setelah pemerintah yang sah digulingkan.
Pemberontakan
Dibanding kudeta dan revolusi, istilah pemberontakan lebih umum digunakan, terutama jika sebuah insiden yang terjadi belum bisa diidentifikasi. Peristiwa itu umumnya belum dikenali sebagai kudeta, revolusi, atau jenis aksi kekerasan kolektif lainnya.
Pemberontakan sendiri biasanya melibatkan kekerasan berskala besar yang ditargetkan pada pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil.
Salah satu pemberontakan yang paling legendaris adalah Pemberontakan Taiping yang terjadi di Tiongkok tahun 1850-1864.
Pemberontakan tersebut salah satu yang besar dan legendaris karena menjadi pemicu gerakan revolusioner yang mengubah Tiongkok di masa selanjutnya.
Baca Juga: Pemberontakan Wagner, Ancaman Terbesar Putin
Revolusi
Tindakan masal yang dilakukan bertujuan untuk mengubah struktur sosial dan politik, termasuk menggulingkan para pemimpin yang ada di pemerintahan.
Berbeda dengan kudeta yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang, pelaku revolusi biasanya adalah masa dengan jumlah yang banyak dan gerakan mereka cenderung tidak terkoordinasi.
Meski begitu, banyak juga kudeta yang diikuti dengan aksi revolusi. Hal ini berkaitan dengan semangat “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” yang dipopulerkan oleh Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat yang ke-16 (1861-1865).
Perubahan yang melibatkan banyak masa dianggap lebih berkesan dan berdampak daripada kesan gerakan hanya digerakkan oleh segelintir orang yang menjalankan semuanya.
Contohnya Revolusi 14 Juli yang terjadi di Irak pada 1958. Ketika Kassem menggulingkan rezim Raja Faisal II, Pangeran ‘Abd al-Ilah, dan Perdana Menteri (PM) Nuri al-Said.
Dalam kejadian ini, Raja Faisal II beserta keluarganya terbunuh. Sementara pangeran dan PM dieksekusi.
Setelah revolusi ini, Republik Irak kemudian terbentuk yang sebelumnya disebut sebagai Mesopotamia.
Tabel perbedaan kudeta, pemberontakan, dan revolusi
Untuk lebih memahami perbedaan kudeta, pemberontakan, dan revolusi, berikut ini tabelnya.
Kudeta | Pemberontakan | Revolusi |
Digerakkan segelintir orang atau kelompok kecil | Gerakan dilakukan dengan skala besar | Digerakkan oleh masa yang besar |
Terkoordinir | Kudeta dan revolusi bisa tergolong dalam pemberontakan | Tidak terkoordinir |
Tidak terikat pada satu orientasi politik | Tidak terikat pada satu orientasi politik | Cenderung golongan kiri |
Ada sosok yang memimpin | Tidak ada tokoh utama yang memimpin | Tidak ada tokoh utama yang memimpin |
Meski memiliki perbedaan sendiri-sendiri, baik pemberontakan maupun revolusi tetap bisa menghasilkan dampak yang sama dengan kudeta.