Sediksi.com – Bundesliga akan kedatangan tim debutan jelang musim 2023/24. Tim ini adalah FC Heidenheim, sebuah tim dari kota yang hanya berpenduduk kurang lebih 58 ribu orang saja.
Kesuksesan tim asal kota Heidenheim ini mungkin menjadi pencapaian paling bersejarah mereka semenjak dibentuk pada 1846. Heidenheim merupakan kota kecil di wilayah selatan Jerman.
Bagaimana tidak, tim ini sendiri belum pernah sekalipun merasakan promosi ke kasta tertinggi sepak bola Jerman sebelumnya. Pencapaian tersebut membuat mereka menjadi tim Bundesliga ketiga setelah TSG Hoffenheim dan RB Leipzig yang sempat bermain di kasta kelima Jerman pada abad 21.
Meskipun butuh puluhan tahun untuk merangkak dari kasta kelima hingga sampai ke Bundesliga, apa yang FC Heidenheim capai ini mungkin terasa sedikit lebih istimewa dibanding 2 tim tersebut.
Tidak seperti Hoffenheim dan Leipzig yang mendapat dukungan finansial yang cukup kuat, tim yang bermarkas di Voith-Arena tersebut tidak mendapat privilese yang sama.
Sejarah FC Heidenheim
Meskipun terdapat angka 1846 di dalam nama tim yang memiliki nama ofisial 1. FC Heidenheim 1846 ini, tim sepak bola terstruktur mereka baru terbentuk pada 1910.
Namun, sejarah klub dapat dilacak pada pendirian sebuah asosiasi gimnastik bernama Turngemeinde Heidenheim di tahun 1846.
Pada 1890, departemen sepak bola ditambahkan ke dalam asosiasi yang saat itu sudah berganti nama menjadi Turnverein Heidenheim tersebut.
Kemudian pada 1910, para insinyur lokal yang bekerja untuk Voith Group membentuk tim sepak bola terstruktur pertama kota Heidenheim yang diberi nama VfB Heidenheim.
Dikutip dari laman Bundesliga, tim ini kemudian mengalami beberapa kali pergantian nama serta menjadi bagian dari beberapa merger, di mana yang paling signifikan ialah merger dengan TSB Heidenheim pada 1972.
Pada periode 1960an dan 1970an, tim sepak bola Heidenheim sempat beberapa kali bermain di divisi 3 Jerman (Amateurliga Wurttemberg) serta sempat tampil di Piala Jerman (DFB-Pokal) sebanyak 3 kali.
Setelahnya, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kasta terbawah liga Jerman. Tim ini harus menunggu hingga 2004 sebelum dapat bermain di Oberliga Baden-Wurttemberg (kasta sepak bola tertinggi di wilayah Baden-Wurttemberg dan dikategorikan sebagai divisi 5 liga Jerman).
Pada 2007, departemen sepakbola Heidenheimer Sportbund berpisah dari induk asosiasinya dan menjadi sebuah keseblasan independen bernama 1. FC Heidenheim 1846. Heidenheimer Sportbund sendiri merupakan asosiasi olahraga besar yang membawahi total 24 departemen.
Setahun berselang FC Heidenheim sukses promosi ke Regionalliga Sud (divisi 4 Jerman) dan menjuarai kompetisi regional, Wurttemberg Cup, yang mana membuat klub mendapat kesempatan tampil di ronde pertama DFB-Pokal.
Pada 2009, klub ini berhasil naik ke 3. Liga (divisi 3 Jerman) dan menghabiskan 5 tahun berkompetisi di kasta ini. Dari tahun 2011-2014, tim ini berhasil memenangkan Wurttemberg Cup, sekaligus berpartisipasi di DFB-Pokal, sebanyak 4 kali berturut-turut. Tahun 2011, klub ini sempat mencapai ronde kedua DFB-Pokal.
Pada 2014, FC Heidenheim akhirnya berhasil promosi ke 2. Liga (divisi 2 Jerman), dan 2 tahun kemudian mereka berhasil mencapai perempatfinal DFB-Pokal untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Pencapaian ini kembali mereka ulangi pada 2019.
Pada musim 2019/20, klub ini finis di peringkat 3 divisi 2 dan berhak mengikuti babak playoff promosi-degradasi. Sayangnya, mereka harus mengubur mimpi promosi ke kasta tertinggi setelah kalah lewat gol tandang dari tim peringkat 16 Bundesliga saat itu, Werder Bremen.
Pada 2023, penantian panjang FC Heidenheim untuk bermain di Bundesliga berakhir setelah mereka berhasil keluar sebagai juara 2. Liga.
Sosok di Balik Kesuksesan FC Heidenheim: Pelatihnya Akamsi
Nama Frank Schmidt bisa dibilang merupakan sosok paling berjasa yang membangun FC Heidenheim hingga akhirnya bisa promosi ke Bundesliga untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Schmidt datang menggantikan Dieter Markle yang dipecat pada pertengahan musim 2007/08. Setelah menghabiskan sisa karirnya sebagai kapten Heidenheimer SB, ia kemudian ditunjuk sebagai pelatih interim.
Dikutip dari Opta Analyst, Schmidt pada saat itu harusnya hanya menangani klub di dua laga saja. Namun tak disangka, 16 tahun kemudian ia masih menduduki posisinya tersebut.
Hal itu membuat Schmidt menjadi pelatih aktif terlama yang masih menangani satu klub di kompetisi sepak bola profesional Jerman. Di bawahnya ada nama Christian Streich yang menangani Freiburg dari 2011 sampai sekarang.
Dalam 16 tahun karir kepelatihannya bersama FC Heidenheim, Schmidt telah berhasil membawa tim kota kelahirannya ini merangkak naik dari divisi 4 menuju Bundesliga. Selain itu, pria 49 tahun ini juga telah mempersembahkan 5 gelar juara Wurttemberg Cup, 1 juara 3. Liga, 1 juara 2. Liga, serta membawa timnya mencapai perempatfinal DFB-Pokal 2 kali.
Dikutip dari laman Bundesliga, Schmidt dikenal sebagai pelatih dengan kemampuan man management yang baik. Mantan penyerang FC Heidenheim yang saat ini bermain di Hertha Berlin, Florian Niederlechner menyebut Schmidt sebagai sosok luar biasa yang tahu bagaimana cara memperlakukan pemainnya.
Baca Juga: Jamal Musiala dan Momentum Piala Dunia 2022
Pratinjau FC Heidenheim Sebelum Memulai Bundesliga
Status FC Heidenheim sebagai tim debutan di Bundesliga dengan sejarah klub yang agaknya tidak terlalu mentereng membuat tim ini nampaknya masih menjadi misteri bagi banyak orang.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana tim ini akan bersaing dengan tim-tim terbaik di daratan Jerman musim depan. Untuk mulai sedikit mengintip kekuatan tim ini, mari kita mulai dengan mengenal siapa saja pemain kunci mereka.
Pertama, ada sosok penyerang berusia 27 tahun, Tim Kleindienst. Dikutip dari situs Bundesliga, mantan pemain timnas Jerman U20 ini berhasil menjadi pencetak gol terbanyak 2. Liga musim lalu dengan torehan 25 gol.
Selanjutnya, ada nama mantan pemain timnas der Panzer U20 lainnya, Jan-Niklas Beste. Pemain yang bermain sebagai winger kiri ini menyumbang total 12 gol dan 12 assis bagi klubnya pada musim 2022/23.
Pemain lain yang layak diperhitungkan ialah mantan punggawa timnas Amerika Serikat U20 yang berposisi sebagai gelandang bertahan, Lennard Maloney. Pemain berusia 23 tahun ini menjadi sosok sentral yang menjaga kestabilan permainan FC Heidenheim.
Terakhir, ada nama kiper veteran, Kevin Muller, yang sudah memperkuat klub sejak musim 2016/17. Musim lalu, Muller berhasil mencatatkan 14 clean sheets dan membantu FC Heidenheim menjadi tim dengan rekor pertahanan terbaik kedua di 2. Liga dengan total kebobolan 36 kali.
Baca Juga: Mengenal Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS), Kompetisi Tempat Lionel Messi di Musim Depan
Dari pola bermain, situs Football Critic memperlihatkan bahwa formasi 4-2-3-1 dan 4-1-4-1 merupakan sistem yang kerap diterapkan Frank Schmidt musim lalu.
Lebih lanjut, tim ini menjadi yang paling efektif dalam urusan mencetak gol. Total gol FC Heidenheim sendiri di divisi 2 musim lalu merupakan yang terbanyak ketiga (67 gol). Namun, dikutip dari Opta Analyst, tim ini memiliki jumlah gol yang lebih tinggi daripada jumlah expected goals (xG).
Contoh paling kentara dapat dilihat pada kemenangan mereka 5-2 atas Karlsruher musim lalu. FC Heidenheim hanya mencatatkan 0,85 xG dibanding 1,72 xG yang dicatatkan lawan mereka.
Apakah tim ini sering memperoleh ‘gol yang jatuh dari langit’? Bisa jadi.
Situs Footy Stats sendiri memperlihatkan jumlah gol per laga mereka (1,97) memang lebih tinggi dari jumlah xG per laga mereka (1,76). Hal ini bisa berarti bahwa FC Heidenheim memiliki tendensi untuk sering melepaskan tembakan-tembakan dari jarak jauh.
Lebih lanjut, Opta Analyst juga memperlihatkan bahwa Patrick Mainka dkk. merupakan tim yang sering mengandalkan pola menyerang direct serta menunjukkan work rate tinggi saat tidak memegang bola.
Dalam menatap Bundesliga 2023/24, FC Heidenheim tentu tidak ingin sekedar menjadi tim penghibur saja. Salah satu PR utama tim ini ialah memperkuat skuad dengan mendatangkan wajah-wajah baru mengingat level kompetisi yang akan mereka jalani selanjutnya.
Demikian ulasan profil FC Heidenheim, wajah baru yang siap bersaing bersama klub-klub terbaik dataran Jerman musim depan. Meskipun tidak memiliki kekuatan finansial besar, bersasal dari kota dengan populasi sekelas kecamatan dengan stadion yang hanya berkapasitas 15 ribu penonton, serta belum memiliki pengalaman bermain di divisi tertinggi, tim ini tentu dapat memberi kejutan.
Mereka telah memperlihatkan fighting spirit tinggi selama bertahun-tahun dalam menghadapi berbagai macam ketidakmungkinan. Seperti perlawanan sengit terhadap raksasa Jerman, Bayern Munchen, yang mereka tunjukkan pada perempatfinal DFB-Pokal 2019. Meskipun akhirnya menyerah dengan skor tipis, FC Heidenheim berhasil membobol gawang Bayern 4 kali. Di Allianz Arena pula.