Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan

Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan

Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Air jadi salah satu faktor penting dalam pertanian dan perkebunan. Tanpa air, tanaman tidak bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik. Namun, air juga bisa menjadi masalah jika tidak dikelola dengan baik. Cara ampuh mengelola air di lahan adalah dengan swale permakultur.

Air yang mengalir terlalu cepat di permukaan tanah bisa menyebabkan erosi, banjir, dan kekeringan. Bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Salah satu solusinya ialah membuat swale permakultur di lahan. Swale permakultur adalah sebuah teknik yang memanfaatkan kontur lahan untuk menangkap air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.

Dengan demikian, pengelola lahan atau petani bisa menghemat air, meningkatkan kualitas tanah, dan mendukung keanekaragaman hayati di lahan yang dikelola.

Apa itu Swale Permakultur?

Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan - Swale
Image from Permacultureconsultancy

Swale permakultur merupakan sebuah parit dangkal yang dibuat sejajar dengan kontur lahan, dengan sebuah timbunan tanah di sisi bawahnya yang dibuat dari tanah yang digali dari parit tersebut.

Semua titik di sepanjang garis kontur memiliki ketinggian yang sama di atas permukaan laut. Oleh karena itu, parit sejajar bisa menangkap air yang mengalir di permukaan tanah dan meresapkannya secara merata di sepanjang garis kontur. Hal ini mengurangi erosi dan menahan air di tempat yang dibutuhkan.

Singkatnya, teknik ini mengubah kontur lahan atau memodifikasinya demi menangkap air di lanskap yang bertujuan untuk irigasi pasif dan untuk memperlambat limpasan.

Swale permakultur bisa dibuat dengan berbagai ukuran, tergantung pada kondisi lahan dan tujuan. Untuk lahan perkotaan yang kecil, swale kecil mungkin sudah cukup. 

Namun, jika memiliki lahan yang luas, anda bisa membuat swale yang besar. Swale permakultur juga bisa dikombinasikan dengan tanaman, mulsa, batu, atau elemen lainnya untuk meningkatkan fungsi dan estetika swale.

Menurut Geoff Lawton, seorang ahli permakultur, swale juga merupakan sistem penanaman pohon. Sistem ini sangat berguna dalam kondisi gersang di mana sulit untuk menumbuhkan sesuatu.

Pohon yang ditanam sepanjang tanggul/gundukan swale akan memiliki akses air yang lebih baik, dan akan tumbuh lebih cepat tanpa kita mengkhawatirkan merawat untuk menyiramnya setiap saat.

Saat pohon yang ditanam itu tumbuh, pohon itu akan menciptakan keteduhan dan mulsa alami, yang membantu menghentikan penguapan dan menahan lebih banyak kelembaban di tanah. Hal ini merupakan manfaat besar dari sistem swale yang menanam pohon di lahan gersang.

Saat swale bekerja atau sudah menyerap lebih banyak air ke dalam tanah, kamu sudah dapat mulai menanam tanaman lain, seperti tanaman tanaman tahunan lain atau musiman yang menuruni tanggul swale/sengkedan, seperti gambar di bawah ini:

Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan - Sistem swale
Image from Livingpermaculturepnw

Tujuan Swale Permakultur

Swale Permakultur: Cara Alami Menyimpan Air di Lahan - Contoh swale
Image from Permaculture Reflection

Misal jika kamu mengamati saat hujan, dan kebetulan tinggal di daerah yang punya sedikit kemiringan, mungkin kamu memperhatikan saat itu air akan langsung mengalir ke lereng dan langsung menuju ke saluran pembuangan.

Dalam pertanian itu sangat disayangkan, air lewat begitu saja. Nah, seperti yang telah dibahas tadi fungsi utama dari swale ini adalah untuk menangkap air hujan yang terlewat begitu saja itu dan merendamnya ke dalam tanah.

Secara alami tanah yang baik yang subur merupakan tangkapan air hujan terbaik yang pernah ada, akan tetapi kuncinya adalah membuat banyak bahan organik di tanah tersebut, sehingga bisa menampung banyak air. Komponen seperti kompos atau mulsa alami sangat penting.

Tujuan secara sederhana membuat swale di kebun atau lahan pertanian ini adalah untuk menghemat air yang digunakan untuk menyiram atau menumbuhkan tanaman dengan cara menyimpannya dalam tanah sebanyak-banyaknya yang mengandalkan air hujan.

Swale ini tidak hanya menghidrasi tanah, akan tetapi juga dapat berkontribusi untuk menyegarkan akuifer bawah tanah, mata air maupun juga anak sungai di lahan.

Kelebihan Swale Permakultur

Menghemat air 

Karena sekarang limpasan air hujan menjadi sumber polusi air terbesar dan merupakan masalah besar di perkotaan, maka membiarkan air lewat begitu saja tanpa ada usaha untuk menampung atau memfiltrasi adalah hal menyia-nyiakan.

Jika menangkap air hujan dengan tangka atau tong, itu membutuhkan ketrampilan teknik tertentu dan biaya perawatan yang sangat mahal dan berkala.

Semua bagian itu pada akhirnya akan cepat rusak entah karena paparan sinar matahari berlebih, cuaca berganti-ganti. Oleh karena itu rekayasa kontur untuk menyimpan air dalam tanah sangat perlu.

Swale permakultur bisa mengurangi kebutuhan irigasi tambahan karena air hujan disimpan di dalam tanah dan tersedia bagi tanaman. 

Meningkatkan kualitas tanah

Teknik ini bisa meningkatkan kandungan bahan organik, nutrisi, mikroorganisme, dan struktur tanah karena air hujan membawa unsur-unsur tersebut ke dalam tanah. Swale permakultur juga bisa mencegah terjadinya lapisan keras (hardpan) di bawah tanah yang menghambat infiltrasi air.

Mendukung keanekaragaman hayati

Lebih lanjut teknik modifikasi lanskap ini bisa menciptakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna di lahan. Swale permakultur juga bisa menyesuaikan diri dengan kondisi iklim dan musim sehingga memberikan manfaat sepanjang tahun.

Untuk lebih lengkap soal swale permakultur ini dar penjelasan, fungsi, cara kerja sampai cara membuatnya, kamu bisa simak dari vidio informatif berikut ini:

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel