Sediksi.com – Umumnya mata kuliah sastra Inggris di Universitas Ghent mempelajari orang-orang perintis seperti Geoffrey Chaucer, Charlotte Brontë, dan William Shakespeare. Namun, baru-baru ini, universitas tersebut membahas satu tokoh penting dalam budaya pop yaitu Taylor Swift. Tentu saja mata kuliah Taylor Swift ini sangat diminati oleh para mahasiswa.
“Saya belum pernah menerima begitu banyak email dari mahasiswa yang bersemangat yang menanyakan apakah mereka dapat mengikuti kursus ini,” kata McCausland, asisten profesor di Universitas Belgia.
Selain mahasiswa, non mahasiswa atau orang-orang yang bukan bagian dari universitas juga ingin berpartisipasi dengan mata kuliah tersebut. Simak lebih lanjutnya di sini!
Lirik lagu Taylor Swift dianggap sebagai karya sastra
Menurut McCausland, mata kuliah ini pertama di Eropa. Awalnya ia merasa dikejutkan dengan lirik-lirik Taylor Swift yang sangat linier dengan keilmuan sastra. Dalam The Great War karya Taylor Swift, dia melihat gema tentang bagaimana Sylvia Plath berbicara tentang perang dan pertempuran untuk menyampaikan rasa sakitnya dalam puisi Daddy.
Selain itu, dalam Mad Woman dan kisah yang diceritakannya tentang patriarki serta kesehatan mental mengingatkan kembali pada cerita pendek Charlotte Perkins Gilman The Yellow Wallpaper.
“Awalnya saya berpikir, mengapa tidak ada yang membicarakan hal ini,” ujar McCausland.
Mata kuliah ini akan dimulai pada musim gugur dengan judul Literature: Taylor Version.
“Yang ingin saya lakukan adalah menunjukkan kepada siswa bahwa meskipun teks-teks ini mungkin tampak tidak dapat diakses, namun bisa dipelajari dari sudut pandang yang berbeda,” kata McCaysland.
“Jadi, Shakespeare, dalam beberapa hal, sebenarnya menjawab banyak pertanyaan yang sama seperti Taylor Swift hari ini, yang sepertinya gila,” lanjutnya.
Sudah ada mata Kuliah Taylor Swift sebelumnya
McCausland mengatakan dia menjawab rasa penasaran beberapa orang di media sosial yang skeptis terhadap pendekatannya. Ia mengajukan pertanyaan terkait ‘apa itu sastra’ mengingat lirik musik pun bisa memenangi nobel sastra.
“Tapi menurut saya itu sebenarnya pertanda bahwa ini diperlukan,” katanya, menyamakannya dengan reaksi setelah Bob Dylan memenangkan hadiah Nobel dalam bidang sastra pada tahun 2016. “Itu membuat orang berbicara tentang apa itu sastra, apa itu kanon. Bisakah teks apa pun menjadi sastra?” imbuhnya.
Awalnya mata kuliah Taylor Swift ini bukan kali pertama. Melainkan pada tahun 2022, Institut Clive Davis Universitas New York dilaporkan memelopori jalur ratu pop ke dunia akademis, dengan kursus yang mempelajari “daya tarik dan daya jangkau” musisi.
Sejak saat itu mata kuliah serupa terus bermunculan di Amerika Serikat, yang menyelidiki prestasi Taylor Swift. Ia menjadi perempuan musisi pertama yang memiliki empat album di Top 10 tangga album AS secara bersamaan.
McCausland dengan cepat mengakui bahwa kursus serupa dapat dibuat dari karya seniman lain. Namun, baginya – yang menggambarkan dirinya sendiri sebagai fans Taylor Swift. Terbukti bahwa lirik Taylor Swift, yang sering dikaitkan dengan referensi sastra, pantas untuk dilihat lebih dalam.
Pada tahun 2022, penyanyi tersebut merinci bagaimana gaya penulisannya bervariasi dengan alat yang dia bayangkan akan digunakannya. McCausland mengatakan kemampuan Taylor Swift terletak dari gaya penulisan liriknya yang sangat pribadi. Ia berbicara tentang pengalaman kolektif, menjadikan Taylor Swift sebagai penulis sempurna untuk dijelajahi.
Dia menekankan bahwa terlepas dari kecintaannya pada karya Taylor Swift, kursus tersebut akan tetap didasarkan pada akademisi dan dirancang untuk mengakomodasi semua orang dari Swifties hingga mereka yang tidak menyukai artis tersebut.
“Akan ada kritik yang menganggapnya sembrono dan konyol,” katanya.
Ia kembali menekankan bahwa fokus utama dalam mata kuliah ini adalah sastra. Untuk itu siapapun bisa mempelajarinya.
“Fokus utamanya adalah sastra, tetapi saya juga ingin kita berpikir kritis tentang Taylor Swift. Saya sama sekali tidak mengumpulkan semua Swifties dan kami akan menghabiskan tiga jam setiap hari Senin untuk fangirling,” ujar McCausland.
Wah, bagi penikmat musik-musik Taylor Swift tentu ini adalah sebuah mata kuliah yang menarik untuk diikuti. Sebelumnya, universitas di Birmingham juga membuka mata kuliah yang mempelajari musik-musik The Beatles.
Seru juga belajar sambil fangirlingan!