Sediksi.com – 8 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari jadi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), organisasi kawasan Asia Tenggara yang telah berdiri sejak 1967.
Tahun 2023 ini, ASEAN memasuki usianya yang ke-56. Di usia yang semakin dekat menuju satu abad ini, ASEAN berhasil membuktikan dirinya sebagai salah satu organisasi kawasan terkuat bersama Uni Eropa, Uni Afrika, Liga Arab, dan sebagainya.
Hal ini tidak lepas dari prinsip dasar yang dipegang oleh setiap anggota ASEAN, terkandung dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara yang meliputi:
- Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, ekualitas, integritas wilayah, dan identitas nasional semua bangsa
- Setiap negara berhak untuk memimpin negaranya tanpa adanya intervensi dari pihak luar, tindakan subversi, ataupun paksaan
- Tidak mencampuri urusan internal negara satu sama lain
- Penyelesaian konflik dilakukan dengan cara damai
- Menolak ancaman atau tindakan yang melibatkan kekerasan
- Mengupayakan kerja sama secara efektif dengan satu sama lain
Adapun negara anggota ASEAN ada 10 yang di antaranya Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Bagaimana dengan timeline sejarah berdirinya ASEAN? Simak selengkapnya berikut ini.
Pra Berdirinya ASEAN
31 Juli 1961 – ASA dibentuk
Association of Southeast Asia (ASA) merupakan organisasi kawasan Asia Tenggara yang pertama. Sehingga, ASEAN bukanlah organisasi kawasan Asia Tenggara yang pertama sebenarnya.
ASA ini hanya terdiri dari tiga negara yaitu Thailand, Filipina, dan Federasi Malaya (sekarang bagian dari Malaysia).
April 1963 – pertemuan terakhir ASA
Setelah April 1963, organisasi ASA ditangguhkan. Tidak ada aktivitas organisasi apapun setelah April 1963.
Soekarno, Presiden Indonesia pertama salah satu negara yang menolak bergabung dengan ASA. Tapi penolakan tersebut bukan satu-satunya penyebab.
Internal ASA pun bermasalah. Filipina memutuskan untuk menarik diri dari ASA karena menolak proposal Malaya yang ingin mengklaim Sabah sebagai wilayahnya Malaysia.
Sedangkan dua-duanya merupakan negara anggota ASA, yang sedang ingin menarik lebih banyak negara untuk bergabung dengan organisasi kawasan mereka.
16 September 1963 – Federasi Malaysia didirikan
Ketika Federasi Malaysia didirikan, Indonesia semakin tegas menolak bergabung dengan ASA.
Sejak Federasi Malaysia didirikan, Indonesia harus berurusan dengan Malaysia yang terus ingin mengambil wilayah Indonesia. Sama saja dengan konflik yang terjadi antara Filipina dengan Malaysia yang sampai menyebabkan ASA tidak dilanjut.
Mei 1966 – pertemuan ASA dilanjutkan kembali sejak ditangguhkan sejak 1963
Ketika hubungan Indonesia-Malaysia memburuk, hubungan Filipina-Malaysia membaik. Sehingga keduanya bersama Thailand sepakat untuk melanjutkan agenda ASA lagi.
Juni 1966 – ASA berinisiatif untuk memperbanyak anggota
Selain memperbanyak anggota, ASA juga berinisiatif untuk menggantikan kerangka kerja yang lama agar lebih sesuai dengan visi dan misi baru mereka.
Salah satu ide nama awal yang dicetuskan adalah Southeast Asian Association for Regional Cooperation yang kemudian nantinya diubah ke ASEAN.
Agustus 1966 – konflik bersenjata Borneo antara Indonesia dengan Malaysia berakhir damai
Setelah tiga tahun berperang, akhirnya Indonesia mengakui pembentukan Federasi Malaysia. Setelah Soekarno diturunkan dari jabatannya dengan adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 atau yang dikenal sebagai Supersemar.
ASEAN resmi lahir pada 8 Agustus 1967 di Bangkok
8 Agustus 1967 – 5 Menlu menandatangani kesepakatan pembentukan ASEAN
Lima Menlu tersebut adalah Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun AbdulRazak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Dokumen kesepakatan tersebut cukup pendek, sederhana, dan hanya berisi lima artikel yang kemudian disebut sebagai dokumen Deklarasi ASEAN.
29 Agustus 1967 – peran terakhir ASA
Pada tanggal ini menjadi kali keempat sekaligus terakhir pertemuan para Menteri Luar Negeri (Menlu) ASA.
Dengan sudah terbentuknya ASEAN, mengurus dua organisasi kawasan yang sama-sama bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan budaya dirasa terlalu banyak dan merepotkan.
Pada akhirnya ASA pun bergabung dengan ASEAN. Yang awalnya bertiga, menjadi berlima karena Indonesia dan Singapura sepakat untuk bergabung.
Selama enam tahun berdiri, ASA lebih sering menyajikan goncangan ketimbang pencapaian di kawasan.
Tapi sebagai eksperimen pertama, ASA telah menyajikan ruang lingkup kerja sama yang potensial.
Mulai dari liberalisasi perdagangan, terciptanya sistem pelayaran dan penerbangan yang kayak di kawasan, riset berkualitas untuk bidang agrikultur, industri, dan kesehatan, sampai dengan mudahnya melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain dalam kawasan.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa peran ASA dalam organisasi kawasan Asia Tenggara adalah sebagai katalis bagi ASEAN.
Baca Juga: Apakah Indonesia Sudah Menjadi Anggota OECD?