Sediksi.com – Fenomena soft masculinity pada idol boygroup k-pop menggejala bersamaan dengan menyebarnya produk budaya pop Korea.
Industri musik Korea merambah ke hampir seluruh dunia dengan begitu cepat. Fenomena penyebaran budaya Korea ini dinamakan Korean Wave maupun hallyu.
Korean Wave menyebar melalui media sosial seperti YouTube, X, Instagram, dan portal-portal berita. Budaya Korea yang ramai diperbincangkan didominasi oleh boygroup dan girlgroup.
Biasanya remaja perempuan senang menonton boygrup K-Pop karena talenta dan visual yang dimiliki. Munculnya boygroup K-Pop ini turut menghadirkan sebuah fenomena yang disebut soft masculinity.
Apa itu soft masculinity? Bagaimana fenomena itu terjadi? Temukan jawabannya pada penjelasan di bawah ini, baca sampai habis ya!
Fenomena Soft Masculinity pada Idol Boygroup K-Pop
Soft Masculinity pada Idol Boygroup K-Pop
Laki-laki biasanya berhubungan erat dengan maskulinitas. Arti maskulinitas sendiri memang tumpang tindih antara identitas laki-laki, peran laki-laki, kejantanan, serta kedewasaan.
Terdapat beberapa tipe maskulinitas, salah satunya adalah soft masculinity. Sikap yang ditunjukkan oleh para idol boygrup K-Pop termasuk ke dalam tipe soft masculinity.
Soft masculinity sendiri adalah maskulinitas yang memperlihatkan sisi lembut laki-laki dari perilaku yang dilakukan. Sisi lembut inilah yang disukai oleh para perempuan.
Soft masculinity di Korea disebut dengan kknonminam yakni gabungan kata bunga dan lelaki cantik. Istilah ini merujuk pada flower boys yang mempunyai penampilan cantik, berkulit putih, rambut lembut, dan sikap feminin.
Kknonminam menunjukkan penyatuan unsur maskulin dan feminin bersama-sama. Soft masculinity bukan hanya sisi lain laki-laki melainkan juga wujud maskulinitas baru yang memaknai maskulinitas menjadi lebih lembut.
Hal ini membuka pemikiran perempuan penggemar K-Pop bahwa soft masculinity bukan berarti feminin tetapi wujud maskulinitas yang lebih lembut dari pada hard masculinity.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiwi pada tahun 2018, fans perempuan tidak mempermasalahkan penampilan idol boygrup K-Pop yang menunjukkan soft masculinity.
Namun, bila ada sekelompok laki-laki di Indonesia yang meniru gaya soft masculinity pada idol boygrup K-Pop, mereka akan beranggapan hal itu “alay”.
Lain halnya dengan idol boygroup K-Pop yang mewarnai rambutnya dan menggunakan lip product, fans perempuan akan beranggapan bahwa hal itu bukanlah hal aneh. Mereka mengatakan bahwa mereka cocok menggunakannya karena kulit orang Korea putih.
Tren Maskulinitas dari Zaman ke Zaman
- Tahun 1960-an: Maskulinitas yang ada pada zaman ini adalah laki-laki dengan rambut klimis dan kumis hitam. Contohnya adalah penyanyi melayu P. Ramlee.
- Tahun 1980-an: Pada era ini maskulinitas digambarkan oleh Trio Libels. Maskulinitas ini tidak menggambarkan adanya maskulinitas yang lembut.
- Tahun 1990-an: Maskulinitas pada zaman ini digambarkan dengan maskulinitas Barat yakni laki-laki dengan jaket mengkilap, celana gombrong senada, rambut kriwil kepang, menggunakan bandana, topi hitam, dan kacamata.
- Tahun 2000: Maskulinitas yang terbentuk pada era ini adalah maskulinitas macho. Pada era ini idola pria yang masuk ke dalam maskulinitas ini misalnya Arnold Schwarzenegge dan Sylvester Stallone.
- Tahun 2010: Maskulinitas pada zaman ini ditandai dengan hadinya boygrup Smash yang sangat terkenal di Indonesia.
Maskulinitas tahun 2010 yang ditandai hadirnya boygroup Smash terus berlanjut hingga zaman sekarang. Bedanya, zaman sekarang maskulinitas yang banyak disukai adalah soft masculinity pada idol boygroup K-Pop.
Maskulinitas Barat menjadi bergeser ke Asia tepatnya Korea, apalagi dalam satu dekade terakhir. Kondisi ini berkaitan dengan globalisasi yang menghapus batas secara global melalui teknologi digital.
Faktor yang Berpengaruh
Pergeseran tipe maskulinitas tidak terjadi begitu saja, tentu ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Faktor internal
- Sikap: berarti kondisi jiwa yang disiapkan untuk menanggapi suatu fenomena. Faktor ini berkaitan dengan pengalaman yang memberikan dampak secara langsung.
- Pengalaman dan pengamatan: pengalaman didapat dari seluruh tindakan dari masa lalu yang bisa dipelajari. Hasil dari pengalaman membentuk perspektif ke suatu objek. Hal inilah yang terjadi pada fans K-Pop. Dari pengalaman dan pengamatan terhadap K-Pop menyebabkan mereka mempunyai makna sendiri terkait maskulinitas.
Faktor eksternal
- Kelompok referensi: merupakan kelompok yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang berpengaruh langsung adalah kelompok di mana individu yang bersangkutan menjadi anggota dan terjalin interaksi di dalamnya. Sedangkan kelompok yang tidak berpengaruh langsung adalah kelompok di mana individu yang bersangkutan tidak menjadi anggota di dalamnya.
Jadi itulah beberapa hal yang berkaitan dengan fenomena soft masculinity yang terjadi pada idol boygrup K-Pop. Bagaimana menurutmu, Sodik?