Apa Itu Slow Living? Yuk, Hadapi Dunia Serba Cepat dengan Rehat Sejenak

Apa Itu Slow Living? Yuk, Hadapi Dunia Serba Cepat dengan Rehat Sejenak

Apa itu slow living

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Dunia terasa berputar begitu cepat saat ini. Ada banyak kegiatan atau aktivitas manusia yang dituntut untuk serba cepat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat juga semakin memungkinkan kehidupan serba cepat ini.

Beberapa solusi menghadapi dunia serba cepat mulai dimunculkan melalui konsep slow living. Lalu, apa itu slow living?

Keadaan serba cepat seperti ini tak jarang menimbulkan dampak negatif, misalnya stres, kelelahan, serta semakin terkikisnya makna kehidupan. Ini kemudian memunculkan suatu konsep cara hidup tertentu untuk menanggulangi problem hidup yang seolah-olah terus saling berburu dengan waktu.

Konsep ini dikenal sebagai slow living. Yuk kita ketahui mengapa ia muncul dan menjadi cukup populer di tengah-tengah masyarakat? Kemudian, bagaimana konsep ini dapat menjadi salah satu solusi problem kehidupan serba cepat saat ini?

Berikut ulasan mengenai apa itu slow living, sejarah kemunculannya, serta apa saja manfaatnya dalam kehidupan.

Apa Itu Slow Living?

Slow living merupakan sebuah konsep yang mengajak kita untuk kira-kira rehat sejenak dari segala kesibukan berbagai macam aktivitas. Slow living juga mengajak kita untuk mengevaluasi kembali prioritas serta menemukan arti penting dalam hidup.

Dirujuk dari Slow Living LDN, konsep ini juga dapat dipahami sebagai seperangkat mindset di mana seseorang membentuk gaya hidup yang lebih bermakna dan penuh kesadaran yang sejalan dengan apa yang seseorang nilai paling berharga dalam hidup.

Nah, dari sini kemudian bisa kan disimpulkan apa itu slow living?

Secara singkat, slow living adalah konsep yang mengajak kita untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik (better), bukan lebih cepat (faster).

Meskipun terdapat kata ‘slow’ atau lambat di dalamnya, slow living bukan berarti menjurus pada kemalasan, menjadi tidak produktif, atau memperlambat aktivitas. Pada titik ini, apa itu slow living sering disalahpahami.

Slow living sebenarnya lebih menekankan kepada melakukan sesuatu dengan tempo yang benar, sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih baik. Konsep ini juga mendorong agar kita tidak terkesan terburu-buru dalam melakukan aktivitas demi memenuhi tuntutan serba cepat, tapi melakukan aktivitas secara perlahan namun pasti demi mendapatkan hasil yang berkualitas.

Sejarah Kemunculannya

Masih dari Slow Living LDN, konsep slow living merupakan salah satu turunan dari slow movement yang dimulai di Italia pada 1980-an. Pada saat itu, sekelompok aktivis menbentuk gerakan Slow Food sebagai respon atas dibukanya restoran cepat saji McDonald di pusat kota Roma. Gerakan ini mencoba untuk mempertahankan tradisi makanan lokal di tempat merekan.

Gerakan Slow Food sendiri saat ini diperkirakan telah menyebar ke sekitar 150 negara dengan berbagai tujuan. Beberapa di antaranya ialah untuk menjaga gastronomi (berhubungan dengan keahlian memasak atau seni memakan makanan berkualitas), mempromosikan upah yang adil bagi para produsen makanan, mendorong orang-orang untuk lebih menghargai makanan dengan kualitas yang baik, serta mendorong orang-orang untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan keberlanjutan (sustainability).

Gerakan Slow Food kemudian dieksplor lebih jauh, di mana gerakan sejenis juga dapat diaplikasikan ke pada aspek-aspek lain dalam hidup. Salah satunya ialah lewat publikasi buku berjudul In Praise of Slowness karya Carl Honore pada 2004.

Dari sini gerakan slow living secara umum semakin memperoleh popularitasnya hingga kemudian memunculkan berbagai gerakan turunan lain, misalnya slow fashion, slow travel, slow design, slow fitness, slow gardening, slow thinking, slow working, dll.

Manfaat Slow Living

Meskipun kita hidup di tengah-tengah dunia serba cepat dengan segala jenis tuntutannya, melakukan sesuatu secepat atau sesegera mungkin tidak berarti akan membuat kehidupan kita menjadi lebih baik. Roda kehidupan yang berputar semakin cepat ternyata dapat menimbulkan dampak negatif.

Konsep slow living menawarkan solusi terhadap berbagai permasalahan dunia serba cepat. Misalnya, tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan tidak mengenal waktu, tuntutan pencapaian yang harus diraih dalam jangka waktu tertentu, serta berbagai tuntutan lainnya yang semakin menekan kehidupan.

Dengan menerapkan konsep slow living dalam menghadapi dunia saat ini, seseorang dapat memperoleh berbagai manfaat. Selain memahami apa itu slow living, beberapa manfaatnya juga perlu diketahui. Di antaranya ialah:

  • Slow living berpeluang membuat kita lebih peka serta lebih mengapresiasi kehidupan.
  • Kita juga bisa lebih bijak dalam soal apa yang harus diprioritaskan, sehingga waktu yang dihabiskan sehari-hari dapat lebih berkualitas.
  • Konsp ini bisa jadi solusi menyeimbangkan antara kehidupan dan pekerjaan. Seseorang bisa lebih menghargai kehidupannya, yang pada gilirannya dapat membuat hidup lebih bermakna.
  • Slow living bisa berarti kita mempunyai ruang untuk menepi sejenak. Seseorang dapat lebih menyadari dampak yang ditimbulkan kehidupan serba cepat terhadap hubungannya dengan orang lain serta dengan alam.

Nah, dari ulasan mengenai apa itu slow living serta aspek-aspek di dalamnya, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam menghadapi era kehidupan saat ini. Tak dapat dipungkiri, semakin banyak tuntutan yang muncul dalam hidup kita sekarang, mulai dari tuntutan untuk melakukan lebih banyak hal, menguasai lebih banyak hal, atau mencapai lebih banyak hal.

Di tengah-tengah ini semua, slow living dapat menjadi sebuah alternatif agar kita tidak dimakan habis oleh berbagai tuntutan yang muncul dari dunia yang serba cepat ini dan membuat kita lebih memaknai arti kehidupan manusia yang sesungguhnya.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel