Meskipun Berpotensi, Belum Ada Kandidat Perempuan Maju sebagai Capres-Cawapres 2024

Meskipun Berpotensi, Belum Ada Kandidat Perempuan Maju sebagai Capres-Cawapres 2024

Pemilu 2024

DAFTAR ISI

Sediksi – Sampai saat ini belum tampak ada kandidat perempuan yang diusung partai politik (parpol) maju sebagai capres maupun cawapres di Pemilu Serentak 2024.

Dari tiga capres, tersisa dua calon presiden (capres) yang masih mencari pasangan cawapres, setelah pekan lalu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar resmi mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres).

Lobi dan konsolidasi parpol dilakukan beberapa kali terekam di depan media massa demi melihat sentimen publik dan mendongkrak elektabilitas tokoh.

Terbaru, putri dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid bersilaturahmi ke kediaman Prabowo Subianto di Jakarta Selatan, Rabu, 6 September 2023.

Publik melihat silaturahmi keduanya di momen politik ini sebagai sinyal dukungan dan kemungkinan munculnya pasangan bakal capres-cawapres selanjutnya yang akan mengusung sosok perempuan.

Terlebih saat ini bursa capres-cawapres masih didominasi tokoh politik laki-laki.

Figur publik perempuan berpotensi maju sebagai cawapres

Selain Yenny Wahid, beberapa nama tokoh politik dan kepala daerah perempuan sebenarnya sempat disebut berpotensi maju sebagai cawapres.

Namun, belum ada sosok perempuan yang secara resmi digaet maju untuk berkompetisi di Pilpres 2024.

Mengutip Liputan6, berdasarkan survei Rumah Demokrasi muncul beberapa nama figur publik perempuan antara lain, Yenny Wahid, Khofiifah Indar Parawansa, Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, dan Puan Maharani.

Hasil survei Rumah Demokrasi kepada responden dengan menggunakan simulasi pertanyaan top of mind dan simulasi pasangan cawapres perempuan, elektabilitas Yenny Wahid mengungguli nama figur perempuan lainnya.

Elektabilitas Yenny Wahid mencapai 43,8 persen berada di posisi paling atas.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menempati posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 37,3 persen.

Sementara itu, sebanyak 14,3 persen responden memilih Ketua DPR RI Puan Maharani sebagai salah satu sosok yang mungkin menjadi cawapres perempuan di Pemilu 2024.

Dari survei elektabilitas cawapres prempuan tersebut, Pimpinan Rumah Demokrasi Ramadansyah menyampaikan bahwa capres yang berpasangan dengan cawapres perempuan mempunyai peluang dipilih oleh masyarakat sebesar 55,6 persen.

Tokoh perempuan seperti Yenny dan Khofifah yang mempunyai latar belakang organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama diperkirakan mampu merebut simpati masyarakat kalangan religius-nasionalis, khususnya di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Survei tersebut juga mengungkap bahwa sebagian besar responden menilai adanya cawapres perempuan menunjukkan adanya upaya yang lebih pro perempuan di ruang politik dan menghadirkan representasi perempuan di posisi strategis pemerintahan.

Mayoritas responden menilai cawapres perempuan akan menjadi tokoh yang signifikan memperjuangkan kepentingan perempuan-perempuan Indonesia.

Kandidat perempuan sebagai vote-getter

Tidak bisa dipungkiri jika keterlibatan kandidat perempuan di pemilu menjadi salah satu strategi vote-getter dari capres dan parpol yang mengusungnya.               

Selain pengalaman dan rekam jejak yang baik, persepsi yang positif dari publik terhadap sosok atau tokoh politik perempuan pasti jadi hitung-hitungan di dalam strategi pemenangan dari parpol.

Di sisi lain, tokoh perempuan sulit maju menjadi kandidat capres maupun cawapres karena sebagian besar merupakan tokoh non-partai seperti Susi Pudjiastuti atau merupakan birokrat seperti Sri Mulyani.

Sedangkan untuk mengusung pasangan capres-cawapres, parpol akan berkoalisi dengan mempertimbangkan ketercapaian presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.   

Beberapa kali pertemuan tokoh-tokoh politik perempuan terjadi, namun belum ada sinyal positif melaju di Pemilu 2024 sebagai capres maupun cawapres.

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019, Susi Pudjiastuti sempat dikunjungi beberapa perwakilan parpol pengusung capres Prabowo Subianto.

Bahkan bulan Juli lalu, Susi dikunjungi langsung oleh Prabowo di kediamannya di Pangandaran, Jawa Barat.

Anies juga sempat mengunjungi Susi, sebelum akhirnya memilih berlabuh ke Cak Imin.      

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah beberapa kali dikabarkan akan maju berpasangan dengan Anies.

Namun, kabar tersebut tidak begitu mendapat respon dari Khofifah hingga akhirnya Anies resmi menggandeng Cak Imin sebagai cawapres.

Adapun tokoh politik perempuan seperti Puan Maharani meskipun bisa melaju sebagai cawapres, kemungkinan tidak akan maju sebagai cawapres.

Sebab PDIP yang telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres kini maju ke pilpres bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Kabarnya PPP akan mengajukan Sandiaga Uno sebagai cawapres, walaupun masih menunggu keputusan dari PDIP selaku parpol pengusung Ganjar sekaligus satu-satunya parpol yang memenuhi kriteria presidential threshold.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel