Sediksi.com – Warga Desa Tempel, Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah digegerkan dengan penemuan jasad seorang perempuan pada Kamis, (24/8) kemarin.
Diketahui perempuan tersebut merupakan dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) di UIN Raden Mas Said Surakarta bernama Wahyu Dian Silviani (34).
Berikut ini 5 fakta terbaru atas tewasnya dosen UIN Surakarta tersebut.
Fakta Terbaru Dosen UIN Surakarta Meninggal
Pelaku Kenal dengan Korban
Tak membutuhkan waktu yang lama bagi pihak kepolisian untuk menangkap pelaku pembunuhan dosen UIN Surakarta itu. Pelaku bernama Dwi Feriyanto alias Feri bin Suwanda yang merupakan warga Dukuh Taru, Tempel, Gatak, rumahnya diketahui tak jauh dari lokasi rumah korban. Ia rupanya juga merupakan pekerja renovasi di rumah korban.
Ia diketahui seorang pekerja bangunan yang membantu renovasi rumah korban. Proses penangkapan itu diungkapkan oleh Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit saat konferensi pers pada Jumat, (25/8) siang tadi.
Sigit mengaku timnya telah menangkap pelaku tidak sampai 12 jam usai penemuan mayat korban. Pelaku sendiri ditangkap saat berada di rumahnya.
Ditemukan di Rumah Temannya
Jasad korban pertama kali ditemukan oleh kedua teman perempuannya, salah satunya oleh F (32). F mengatakan menemukan korban di rumah milik teman sekaligus tetangga Dian yang sedang pulang kampung.
Rumah itu dipinjam korban karena rumahnya sedang dalam tahap renovasi.
Kondisi saat ditemukan
F datang bersama rekannya karena ingin menemui korban. Saat tiba di rumah itu, ia mendapati dalam kondisi terkunci. Ia lalu meminjam kunci kepada seorang pekerja yang sedang merenovasi rumah korban.
Usai pintu dibuka, mereka terkejut karena menemukan Dian tergeletak di lantai dengan tubuh tertutup kasur serta adanya bercak darah di sekitar tubuhnya.
F sendiri mengaku tidak berani melihat korban, saat mengetahui ada darah yang ia lakukan langsung memanggil orang lain untuk meminta tolong.
Orang tersebut kemudian memanggil polisi. Aparat datang dan mengevakuasi jasad korban sekitar pukul 13.32 WIB. Jasad Dian lalu dibawa ke RSUD Dr Moewardi Solo untuk dilakukan autopsi.
Baca Juga: Ketika Jurnal Ilmiah Menjadi Ladang Bisnis
Ada Tanda Kekerasan
Polisi mengungkapkan bahwa setelah diidentifikasi, ada tanda-tanda kekerasan yang dialami oleh korban.
“Setelah diidentifikasi terdapat tanda-tanda kekerasan yang dialami oleh korban,” kata Sigit.
Pihak kepolisian sendiri tidak merinci di mana saja tanda-tanda kekerasan tersebut. Dirinya juga belum bisa memastikan penyebab kematian korban mengingat hasil autopsi yang belum keluar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, jenazah korban akan dimakamkan di daerah asalnya Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pihak kelurga pun datang ke UIN Solo untuk menerima jasad korban pada pagi tadi. Lalu, Dian dimakamkan tepat sore tadi, (25/8).
Hukuman bagi Pelaku
Polisi pun memberkan fakta bahwa saat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku, DF mengakui perbuatannya telah membunuh korban. Ia bahkan merencanakan perbuatannya tersebut jauh-jauh hari.
Atas dasar pengakuan pelaku dan sejumlah barang bukti, Mapolres Sukaharjo menetapkan DF sebagai tersangka pembunuhan Dian.
Ia pun dijerat dengan Pasal 340 KUHP atau Pasal 338 KUHP atau Pasal 365 ayat (3) KUHP dengan ancaman hukuman maksimalnya hukuman mati.
Profil Korban
Korban bernama Wahyu Dian Silviani, S.Si., M.Env merupakan dosen jurusan ilmu Alam di UIN Raden Mas Said Solo selama tiga tahun terakhir ini dengan status PNS dengan jabatan fungsional asisten ahli. Ia juga merupakan anak dari Guru Besar Universitas Mataram (Unram), yakni Prof. Moh Hasil Tamzil.
Dian, nama panggilannya itu lahir di Mataram dengan status belum menikah. Korban menempuh S1 di Unram jurusan Kimia lulus tahun 2011, lalu melanjutkan S2 di Universitas Masquarie Australia jurusan Ilmu Lingkungan lulus tahun 2016.
Dekan FEBI UIN Raden Mas Said Solo, Rahmawan Arifin menyebut bahwa sebenarnya Dian sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa S3 di Inggris. Sayangnya, langkahnya untuk menjadi doktor itu harus terhenti.
Rekan-rekan Dian menyebut ia memiliki kepribadian yang rendah hati dan sangat peduli lingkungan. Sebagai dosen muda, dirinya juga dikenal sebagai sosok yang pendiam, bisa menjaga diri dan tidak banyak protes.
Dian di mata sang rekan-rekannya, juga dilihat sebagai dosen yang sangat bagus saat mengajar di kampus UIN Solo.