Sediksi.com – Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mengumumkan melalui akun resmi mereka untuk membatalkan keikutsertaan dalam Frankfurt Book Fair yang rencananya diselenggarakan 18-22 Oktober 2023 di Frankfurt, Jerman (16/10).
Keputusan ini ditetapkan setelah penyelenggara Frankfurt Book Fair diketahui pro terhadap Israel, yang dimaknai dengan pro terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina dalam eskalasi konflik Israel-Palestina yang pecah kembali sejak 7 Oktober lalu.
Sejumlah penerbit di Indonesia juga mengumumkan secara individu keputusan untuk mengundurkan diri dari pameran terbesar dan bergengsi di dunia ini.
Tidak hanya Indonesia, beberapa negara lainnya juga mengundurkan diri dari keikutsertaan dalam acara ini karena alasan serupa.
Penerbit dari Indonesia yang mengundurkan diri Frankfurt Book Fair
IKAPI sendiri sudah menyatakan pengunduran diri melalui pernyataan yang diunggah di situs resmi mereka pada 15 Oktober.
Berdasarkan isi pernyataan resmi IKAPI, keputusan ini diambil menyusul kisruh akibat pernyataan Juergen Boos, direktur Frankfurt Book Fair pada 14 Oktober yang secara resmi membela Israel.
Usai media sosial dan situs web Frankfurter Buchmesse (Frankfurt Book Fair) membagikan pernyataan Boos yang mengutuk tindakan teror oleh kelompok Hamas terhadap Israel dan akan memberi ruang lebih banyak bagi penulis Israel untuk bersuara di FBF 2023.
Melansir dari situs resmi IKAPI, berikut ini pernyataan lengkap Frankfurt Book Fair yang membuat IKAPI dan peserta lainnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
“Kami akan mengadakan diskusi panel mengenai serangan pada Israel bersama Meron Mendel, perwakilan komunitas Yahudi di Jerman. Selain itu juga akan ada diskusi bersama Lizzie Doron, penulis yang tinggal di Tel Aviv dan Berlin, mengenai kondisi terkini yang terjadi di Israel dalam gala resmi yang direncanakan pada Sabtu, 21 Oktober 2023.”
Dukungan terhadap Israel bukan satu-satunya alasan, karena FBF juga secara sepihak membatalkan atau menunda penghargaan LiBeraturpreis untuk Adania Shibli, penulis wanita yang berasal dari Palestina.
LiBeraturpreis sendiri merupakan penghargaan tahunan yang diberikan kepada penulis wanita yang berasal dari negara-negara selatan.
Arys Hilman, Ketua Umum IKAPI juga menyampaikan bahwa tidak ada atribut negara dan IKAPI seperti bendera di stan yang sudah dibangun di acara tersebut.
“Jika pun nanti ada beberapa penerbit yang tetap berangkat ke sana, tidak akan ikut ke dalam kegiatan. Hanya janji temu dengan mitra dan literary agency lainnya. Saya sendiri membatalkan dan IKAPI secara organisasi tidak akan ikut dalam FBF,” tegasnya.
Baca Juga: Timeline 7 Hari Konflik Israel-Palestina
Selain IKAPI, sejumlah penerbit dan perwakilan dari Indonesia juga secara resmi mengumumkan pembatalan keikutsertaan dalam FBF ini.
Per 17 Oktober siang, di antara yang sudah mengundurkan diri ada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang disampaikan oleh Supriyatno selaku Pusat Perbukuan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) kepada wartawan Detikcom (15/10).
Kemudian ada penerbit Mizan yang sudah mengumumkan pembatalan keikutsertaan dalam acara ini melalui media sosial dan situs resmi mereka.
Penerbit Haru juga mengumumkan pembatalan keikutsertaan naskah mereka pada Frankfurt Book Fair melalui akun Twitter mereka.
Negara yang mengundurkan diri dari Frankfurt Book Fair Selain Indonesia
Selain Indonesia, sejumlah negara yang dijadwalkan berpartisipasi dalam acara besar bagi para penulis dan penerbit di seluruh dunia ini, juga mengundurkan diri sebagai sikap terhadap konflik ini.
Semenanjung Arab
Asosiasi Penerbit Emirates, Asosiasi Penerbit Arab, Iran’s Book News Agency, Sharjah Book Authority (SBA), dan beberapa organisasi atau perusahaan di bidang penerbitan di Arab menarik diri dari Frankfurt Book Fair pada 13 Oktober, seketika usai penghargaan untuk Adania Shibli, penulis dari Palestina dibatalkan secara sepihak oleh pihak FBF.
Atas hal ini, Boos kemudian merespon dengan menyayangkan keputusan oleh beberapa peserta pameran dari negara-negara Arab.
Dalam pernyataan yang disampaikan kepada Publishing Perspectives, Boos menyatakan FBF seharusnya menjadi lambang perdamaian.
“Frankfurter Buchmesse melambangkan pertemuan damai orang-orang dari seluruh dunia. Dengan hadirnya lebih dari 100 negara di Frankfurt setiap tahunnya, pameran buku ini selalu bertema kemanusiaan dan fokusnya selalu pada wacana damai dan demokratis,” ucapnya pada 16 Oktober.
Boos juga mengoreksi pernyataan sebelumnya agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut dengan mengatakan bahwa jutaan orang tak bersalah telah terkena dampak perang dari konflik Israel-Palestina ini.
“Dan simpati kami ditujukan kepada mereka semua. Kami sangat berharap dapat ditemukan cara untuk membawa mereka keluar dari kekerasan ini,” lanjutnya.
Khusus untuk kasus pengunduran diri Iran, pengumuman pengunduran diri dinyatakan pada 10 Agustus dengan alasan pihak penyelenggara enggan memenuhi permintaan Iran.
Iran ingin stan untuk negaranya di lokasi yang lebih baik karena di tahun sebelumnya, stan yang diberikan kepada mereka berada di lokasi yang tidak strategis, dianggap merugikan Iran dan bentuk tindakan diskriminatif.
Malaysia
Kementerian Pendidikan Malaysia mengumumkan menarik diri dari Frankfurt Book Fair pada 17 Oktober.
“Kementerian tidak akan kompromi dengan kekerasan Israel di Palestina, yang jelas-jelas melanggar hukum internasional dan HAM,” begitu yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Reuters.