Sediksi – Apakah kamu pernah bertanya-tanya apa yang terjadi di otak seseorang yang mengaku dirasuki oleh roh atau setan? Apakah kesurupan adalah fenomena nyata atau gangguan psikologis?
Lalu bagaimana sains menjelaskan pengalaman aneh dan kadang-kadang menakutkan orang-orang yang mengalami kesurupan?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pertanyaan-pertanyaan ini dan lainnya bagaimana kesurupan dari perspektif neurosains. Kita juga akan meneliti beberapa mitos dan kesalahpahaman tentang kesurupan, dan penyebab yang mungkin dari fenomena ini.
Apa itu Kesurupan?
Kesurupan adalah istilah yang mengacu pada berbagai fenomena di mana identitas, perilaku, atau kesadaran seseorang berubah oleh agen atau kekuatan eksternal, seperti roh, setan, dewa, atau leluhur.
Kesurupan bisa bersifat sukarela atau tidak sukarela, sementara atau permanen, bermanfaat atau berbahaya, tergantung pada konteks budaya dan agama.
Kesurupan juga bisa bermanifestasi dengan berbagai cara, seperti berbicara dalam bahasa asing, keadaan trans, kejang-kejang, halusinasi, hilang ingatan, perubahan kepribadian, dan transformasi fisik.
Kesurupan bukanlah satu hal, tetapi istilah kolektif untuk apa yang merupakan berbagai macam fenomena. Setidaknya dua makna berbeda diidentifikasi: kesurupan sebagai label untuk penyakit atau kemalangan, dan kesurupan sebagai indikasi bentuk-bentuk fenomena disosiatif manusia.
Dalam kasus terakhir, kesurupan dapat dilihat sebagai mode menjadi Diri, bersama dengan wawasan tentang potensi inheren untuk fenomena disosiatif. Kesurupan juga dapat dipandang sebagai teknik budaya dengan berbagai fungsi.
Fenomena ini sebenarnya dapat dijelaskan dalam sains. Penjelasan kesurupan dari perspektif neurosains melalui pendekatan yang sangat berbeda dari prasangka di atas bahwa kesurupan adalah ulah kekuatan eksternal seperti roh, dll.
Kesurupan dari Perspektif Neurosains
Neurosains adalah studi ilmiah tentang sistem saraf, termasuk otak. Neurosains bertanggung jawab atas fungsi kognitif tingkat tinggi seperti penalaran, pengambilan keputusan, dan perencanaan.
Neurosains juga menyelidiki bagaimana otak berinteraksi dengan lingkungan dan mempengaruhi perilaku dan emosi.
Penjelasan kesurupan dari perspektif neurosains dengan menggunakan mekanisme budaya dan neurologis. Mekanisme budaya mengacu pada keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, dan harapan yang membentuk bagaimana orang menafsirkan dan mengalami realitas.
Mekanisme neurologis mengacu pada proses dan struktur biologis yang mendasari fenomena mental. Kedua mekanisme saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai contoh, neurosains dapat menjelaskan bagaimana faktor-faktor budaya dapat memicu perubahan neurologis yang menghasilkan pengalaman kesurupan.
Salah satu mekanisme yang mungkin adalah hipnosis, yaitu keadaan kesadaran yang berubah ditandai dengan peningkatan sugestibilitas dan responsivitas terhadap rangsangan eksternal.
Hipnosis dapat diinduksi oleh berbagai metode, seperti perintah verbal, musik, ritual, atau obat-obatan. Hipnosis juga dapat memfasilitasi disosiasi, yaitu gangguan dalam integrasi normal fungsi mental, seperti ingatan, identitas, persepsi, atau emosi.
Disosiasi dapat menyebabkan pengalaman memiliki banyak diri atau dikendalikan oleh entitas lain. Mekanisme lain yang mungkin adalah neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai respons terhadap pengalaman.
Neuroplastisitas dapat memungkinkan otak untuk beradaptasi dengan situasi baru dan belajar keterampilan baru. Namun, neuroplastisitas juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya yang membentuk bagaimana otak mempersepsi dan memproses informasi.
Misalnya, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keyakinan agama dapat memengaruhi aktivitas dan struktur otak di daerah yang terkait dengan regulasi emosi, kesadaran diri, kognisi sosial, dan penalaran moral.
Perubahan ini dapat memengaruhi bagaimana orang mengalami diri mereka dan hubungan mereka dengan agen supranatural.
Apa Saja Mitos Tentang Kesurupan?
Di atas merupakan penjelasan kesurupan dari perspektif neurosains, lalu ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang kesurupan yang didasarkan pada ketidaktahuan, ketakutan, atau prasangka. Beberapa mitos ini adalah:
Kesurupan selalu jahat atau setan.
Ini tidak benar karena kesurupan dapat memiliki makna positif atau netral dalam beberapa budaya dan agama. Misalnya, beberapa bentuk kesurupan dianggap sebagai karunia atau berkah ilahi yang memungkinkan komunikasi dengan makhluk suci atau leluhur.
Kesurupan selalu tidak sukarela atau tidak diinginkan.
Ini tidak benar karena beberapa orang mencari atau mengundang kesurupan sebagai cara penyembuhan, mengatasi, atau mengekspresikan diri.
Misalnya, beberapa bentuk kesurupan digunakan sebagai teknik terapeutik yang memungkinkan orang untuk melepaskan trauma emosional atau mengakses sumber daya tersembunyi.
Kesurupan selalu tidak rasional atau delusional.
Ini tidak benar karena kesurupan dapat dipahami sebagai respons rasional terhadap situasi atau masalah tertentu. Misalnya, beberapa bentuk kesurupan digunakan sebagai strategi sosial yang memungkinkan orang untuk menantang otoritas atau menegosiasikan hubungan kekuasaan.
Apa Saja Penyebab Kesurupan?
Setelah penjelasan kesurupan dari perspektif neurosains, kamu pasti bertanya apa penyebabnya. Tidak ada penyebab tunggal dari kesurupan karena ini adalah fenomena yang kompleks yang melibatkan banyak faktor di berbagai tingkat. Namun, beberapa penyebab yang mungkin adalah:
Faktor psikologis
Ini termasuk ciri kepribadian, gangguan mental, keadaan emosional, pengalaman traumatis, gaya koping, bias kognitif, dan harapan.
Misalnya, beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap kesurupan karena mereka memiliki kepribadian disosiatif atau sugestif, riwayat penyalahgunaan atau pengabaian, tingkat stres atau kecemasan yang tinggi, rasa harga diri atau kontrol yang rendah, atau keyakinan kuat pada hal-hal gaib.
Faktor sosial
Ini termasuk keyakinan budaya, nilai-nilai, norma-norma, dan praktik-praktik, serta hubungan interpersonal, dinamika kelompok, dan peran sosial.
Misalnya, beberapa orang mungkin lebih mungkin mengalami kesurupan karena mereka tinggal di budaya yang mendukung atau mendorongnya, mereka termasuk dalam kelompok yang melakukan atau memvalidasi itu, mereka memiliki peran yang membutuhkan atau mendapat manfaat dari itu, atau mereka memiliki konflik atau kebutuhan yang dapat diselesaikan atau dipenuhi oleh itu.
Faktor biologis
Ini termasuk predisposisi genetik, struktur dan fungsi otak, tingkat hormonal, respons sistem kekebalan tubuh, dan pengaruh lingkungan.
Misalnya, beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap kesurupan karena mereka memiliki mutasi genetik yang memengaruhi perkembangan atau aktivitas otak mereka, mereka memiliki cedera otak atau penyakit yang mengubah proses mental atau perilaku mereka, mereka memiliki ketidakseimbangan hormonal yang memengaruhi suasana hati atau kognisi mereka.
Kesurupan adalah fenomena yang menarik dan kompleks yang dapat dijelaskan oleh neurosains dari berbagai perspektif. Sebenarnya dapat dilihat kesurupan dari perspektif neurosains sebagai hasil dari mekanisme budaya dan neurologis yang berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Kesurupan juga dapat dilihat sebagai respons atau solusi terhadap masalah lain yang melibatkan faktor-faktor psikologis, sosial, dan biologis.