Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan: Tragedi Akibat Aturan Konyol Kerajaan

Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan: Tragedi Akibat Aturan Konyol Kerajaan

Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Sungai Chao Phraya adalah sungai terbesar di Thailand yang mengalir dari utara ke selatan, melewati ibu kota Bangkok. Sungai ini memiliki peran penting dalam sejarah, budaya, dan ekonomi Thailand. Namun, di balik keindahan dan kemakmurannya, sungai ini juga menyimpan kisah tragis yang menimpa salah satu ratu Thailand, Sunandha Kumariratana.

Inilah kisah ratu Thailand yang tenggelam jadi tontonan rakyatnya, ya benar jadi tontonan… Anda tidak salah baca, ini merupakan sebuah kisah tragis sekaligus kekonyolan dari sebuah peraturan yang jadi bumerang untuk sang ratu itu sendiri.

Penasaran bagaimana selengkapnya tentang kisah ratu Thailand yang tenggelam jadi tontonan, selengkapnya ikuti kisahnya di bawah ini.

Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan

Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan: Tragedi Akibat Aturan Konyol Kerajaan - Sunandha Kumariratana
Image from History Collection

Sunandha Kumariratana adalah putri dari Raja Mongkut (Rama IV) dan permaisuri Piam. Lahir pada 10 November, di tanah Siam, yang sekarang dikenal dengan Bangkok, Thailand.

Raja-raja Siam biasanya memiliki banyak istri dan selir, dan dengan demikian, mereka cenderung memiliki puluhan anak. Raja Mongkut memiliki total 82 anak.

Ia menikah dengan saudara tirinya, Raja Chulalongkorn (Rama V), dan menjadi permaisuri utama. Ia melahirkan seorang putri, Karnabhorn Bejraratana, dan sedang hamil anak kedua yang diyakini laki-laki dan akan menjadi pewaris takhta.

Sang ratu ini dikenang karena kematianya yang tidak masuk akal yang sebenarnya dapat dengan mudah dihindari. Dia, putrinya, dan seorang anak yang belum lahir, dimakamkan di Istana Kerajaan Bang Pa-In di Bangkok masa kini, di mana sebuah monument marmer didedikasikan untuk ratu muda yang tragis itu.

Kisah ratu Thailand yang tenggelam jadi tontonan itu berawal pada tahun 1880, di mana Sunandha melakukan perjalanan ke istana Bang Pa-In, yang terletak di luar Bangkok, untuk beristirahat.

Untuk mencapai istana tersebut, ia harus menyeberangi sungai Chao Phraya dengan perahu. Ia ditemani oleh putrinya, dayang-dayang, dan pengawal kerajaan. Namun, nasib malang menimpanya saat perahu yang ditumpanginya terbalik dan ia jatuh ke sungai.

Sungai Chao Phraya saat itu sedang deras dan berombak. Sunandha dan putrinya berusaha bertahan hidup dengan menggapai-gapai buah kelapa yang dilemparkan oleh dayang-dayang.

Namun, tidak ada seorang pun yang berani menyelamatkan mereka. Para dayang-dayang dan pengawal hanya bisa menyaksikan mereka tenggelam perlahan-lahan.

Mengapa tidak ada yang menolong Sunandha dan putrinya? Jawabannya adalah karena ada aturan konyol yang berlaku di kerajaan Thailand saat itu. Aturan itu melarang siapa pun untuk menyentuh raja dan keluarganya tanpa izin.

Jika melanggar, hukumannya adalah hukuman mati. Para dayang-dayang dan pengawal takut melanggar aturan itu dan membahayakan nyawa mereka sendiri.

Hukum iini mungkin berakar pada takhayul, kepercayaan agama, atau tradisi kuno yang asal-usulnya tidak lagi diketahui. Namun, yang pasti hukum ini diterapkan para Ratu Sunandha dan pada akhirnya menyebabkan kematiannya yang terlalu cepat pada usia 19 tahun.

Kisah Ratu Thailand yang Tenggelam Jadi Tontonan: Tragedi Akibat Aturan Konyol Kerajaan - VideoCollagePG 1621331948970 1024x589 1
Image from Boombastis

Selain itu, budaya Siam juga penuh dengan tradisi takhatul lainnya, ada juga kepercayaan mistis yang berkembang di kalangan masyarakat Thailand.

Kepercayaan itu menyatakan bahwa sungai Chao Phraya adalah tempat tinggal para dewa dan roh. Jika ada orang yang jatuh ke sungai, itu berarti dia sudah ditakdirkan untuk mati. Jika ada yang mencoba menolongnya, dia akan mendapat kutukan dan nasib yang sama.

Sebenarnya tradisi ini dapat ditelusuri dalam logika yang baik, karena jika seseorang menjelajah ke perairan yang berbahaya dan bukan perenang terampil, ya pastilah akan mati juga.

Namun orang Siam percaya bahwa jika seseorang mencoba menyelamatkan orang yang tenggelam, meskipun selamat, sungai akan kembali dan merenggut nyawanya sebagai ganti nyawa yang telah direnggut darinya.

Akibat aturan dan kepercayaan tersebut, Sunandha dan putrinya tidak mendapat pertolongan dan akhirnya meninggal. Jenazah mereka ditemukan beberapa jam kemudian dan dibawa ke istana.

Raja Chulalongkorn sangat berduka dan marah atas kematian istrinya. Ia menghukum para dayang-dayang dan pengawal yang tidak menolong Sunandha dengan cara yang kejam. Ia juga memerintahkan pembangunan monumen untuk mengenang Sunandha dan putrinya.

Kisah ratu Thailand yang tenggelam jadi tontonan ini adalah salah satu kisah paling menyedihkan dan menggemparkan dalam sejarah Thailand. Kisah ini menunjukkan betapa tidak masuk akalnya aturan kerajaan yang justru menjadi sebuah bumerang bagi keluarga kerajaan itu sendiri.

Kisah ini juga mengingatkan kita untuk tidak mudah percaya pada hal-hal mistis yang tidak berdasar. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel