Pak Midun Perjuangkan Keadilan untuk Korban Tragedi Kanjuruhan, Bersepeda ke Senayan

Pak Midun Perjuangkan Keadilan untuk Korban Tragedi Kanjuruhan, Bersepeda ke Senayan

Pak Midun tuntut keadilan bagi korban tragedi kanjuruhan

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Aksi mengharukan demi memperjuangkan keadilan atas insiden Kanjuruhan dilakukan Miftahuddin Ramly. Pria berusia 52 tahun yang kerap disapa Pak Midun itu, rela melakukan aksinya dengan bersepeda dari Malang hingga ke Jakarta.

Aksi nekatnya ini ia mulai sejak Kamis, (3/8) lalu. Ia berencana sampai di Jakarta bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2023. Akan tetapi, Pak Midun rupanya tiba lebih cepat.

Pada Minggu, (14/8) malam, Pak Midun sudah tiba di Jakarta. Ia selanjutnya menuju ke Stadion Gelora Bung Karno (GBK), yang berada di kompleks Senayan, Jakarta pada Senin, (14/8) pagi.

Dikutip dari Twitter @panditfootball, saat ini Pak Midun sudah tiba di GBK. Tweet itu menuliskan bahwa Pak Midun menangis di samping sepedanya setiba di GBK. Mulanya, Stadion GBK tidak memberikan akses masuk, tetapi akhirnya Pak Midun bisa masuk meski tanpa sepedanya.

“Info tambahan: Pak Midun diizinkan masuk ke Ring 1, sementara sepedanya tidak,” tulisnya.

Perjalanan Pak Midun dari Malang ke Jakarta

Pak Midun Perjuangkan Keadilan untuk Korban Tragedi Kanjuruhan, Bersepeda ke Senayan - Pak Midun
Twitter/ Panditfootball

Perjalanan dengan mengowes sepeda ini sebenarnya dimulai dari Batu. Pak Midun, lalu pergi ke Kota Surabaya untuk mampir di Stadion Gelora Bung Tomo. Di sana, ia bertemu para bonek (suporter Persebaya) dan mendapatkan dukungan untuk menyelesaikan misinya.

Usai dari Surabaya, Pak Midun mengayuh sepedanya menuju sejumlah kota-kota lain seperti Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Jawa Barat, hingga Jakarta. Tujuannya melewati beberapa stadion di beberapa wilayah ini juga untuk bertemu para suporter lainnya.

Tak sekedar mengayuh sepeda, Pak Midun juga tampak ditemani sebuah keranda berkain hitam bertuliskan “Justice For Kanjuruhan” dan “Football Without Violence”.

Selama menggowes sepeda sekitar sepuluh hari itu, Pak Mudin juga dibantu banyak orang. Ia kerap kali disambut para suporter sepak bola di beberapa daerah, termasuk dikawal dan diberikan pertolongan selama perjalanan. Misalnya, saat Pak Midun tiba di Bekasi, ia dikawal dan disambut elemen suporter.

Pak Midun, rupanya juga sempat terjatuh di area Mampang karena kelelahan dan kondisi sepedanya yang kurang baik.

Untungnya, banyak elemen suporter yang turut membantu Pak Midun seperti memberikan logistik, menyiapkan ambulans, hingga turut merawat sepedanya saat ia beristirahat.

“Pak Midun sempat terjatuh di kawasan Mampang karena kelelahan dan kondisi sepeda kurang baik, namun pak Midun berada dalam kondisi sehat walafiat,” lanjut @panditfootball.

Demi bisa melakukan aksi mengowes sepeda menuju Senayan, Jakarta ini, Pak Midun harus berlatih fisik selama tiga bulan.

Sebelum melakukan perjalanan, ia juga sudah siap membawa perlengkapan darurat seperti ban serep, kampas rem, hingga pompa angin.

Pak Midun Perjuangkan Keadilan dalam Kasus Kanjurahan

Siapa sebenarnya Pak Midun ini? Diketahui kalau dirinya adalah seorang ASN yang bekerja di Dinas Pariwisata Batu.

Pak Midun ternyata juga bukanlah keluarga korban dari insiden Kanjurahan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu.

Meski bukan menjadi bagian dari keluarga korban tragedi mengerikan itu, kepedulian Pak Midun ini lantaran karena ia peduli dengan ratusan nyawa yang menghilang. Bagaimanapun, ia seorang penggemar sepak bola dan peduli nasib para korban.

Insiden Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang sudah hampir setahun berlalu, nampaknya sulit menghilangkan memori kelam itu.

Insiden yang terjadi pasca laga Arema FC kontra Persebaya itu, merenggut ratusan korban karena gas air mata yang ditembakan petugas mengarah ke area kerumunan seporter.

Terlebih saat itu, kehadiran suporter yang memludak dan area keluar stadion yang sempit menjadi salah satu pemicu banyaknya korban berjatuhan.

Pada Maret 2023 lalu, sidang putusan hakim terhadap tragedi Kanjuruhan juga semakin menyayat hati. Dua terdakwa yakni Wahyu Setyo Pranoto eks Kabag Ops Polres Malang dan Bambang Sidik Achmadi eks Kasat Samapta Polres Malang divonis bebas.

Putusan hakim ini juga terbilang lebih ringan dibandingkan tuntutan jaksa pada terdakwa-terdakwa lainnya.

Mirisnya lagi, hakim menyebut bahwa aksi penempakan yang dilakukan oknum petugas kepolisian itu terjadi karena “asap dari gas terdorong angin.” Seolah-olah menggambarkan bahwa angin adalah menjadi penyebab meninggalnya ratusan orang tersebut.

Merasa prihatin atas putusan dan pernyataan hakim tersebut, Pak Midun pun ingin agar kasus ini benar-benar diusut tuntas.

“Ya kalau menurut saya diusut tuntas. Kalau dikembalikan ke pertanyaan lagi, sudah diusut, sudah tuntas, yang salah angin, apakah pantas? Itu kan tinggal menjawab saja, pantas atau tidak,” ujarnya yang dikutip dari IDN Times.

Aksi yang dilakukan Pak Midun ini juga sebagai bentuk untuk menolak lupa, insiden mengerikan Kanjuruhan.

“Saya ingin mengekspresikan keprihatinan pada kejadian 1 Oktober 2022 di Kanjuruhan. Saya melakukan ini untuk menolak lupa kejadian itu, karena kejadian itu sangat luar biasa, bahkan dunia sudah melihat itu. Teringat sekali kesimpulannya itu faktor angin itu,” tegasnya.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel