Sejarah Derby London Utara, Persaingan Panas Arsenal dan Tottenham

Sejarah Derby London Utara, Persaingan Panas Arsenal dan Tottenham

Sejarah Derby London Utara

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Duel antara dua klub asal London Utara, Arsenal dan Tottenham Hotspur, menjadi salah satu laga terpanas dalam sejarah sepak bola Inggris. Lalu, bagaimanakah sejarah derby London Utara?

Sejauh ini, sudah ada total 207 laga yang tercipta antara The Gunners dan Spurs. Arsenal sukses memenangkan 86 laga, sementara Tottenham 67 kali keluar sebagai pemenang, dan 54 di antaranya berakhir imbang.

Untuk mengetahui lebih jauh terkait sejarah derby London Utara, simak ulasannya berikut ini.

Sejarah Derby London Utara

Asal Mula Rivalitas

Sejarah Derby London Utara, Persaingan Panas Arsenal dan Tottenham - p 00252092
Gambar: Irish Mirror

Sejarah derby London Utara dimulai pada pertemuan kedua tim untuk pertama kali pada 19 November 1887. Namun, rivalitas panas antara Arsenal dan Spurs belum tercipta hingga memasuki periode awal abad 20.

Pada tahun 1913, markas Arsenal berpindah dari Manor Ground menuju Highbury. Stadion baru The Gunners ini hanya berjarak 4 mil dari markas Tottenham, White Hart Lane.

Perpindahan tersebut, dinilai sebagai langkah yang tidak disukai oleh Spurs, yang merasa bahwa Highbury berada di teritori mereka. Dari sini rivalitas panas di antara kedua klub mulai terpercik.

Sejarah derby London Utara mencapai puncaknya pada 1919, tahun di mana liga Inggris kembali bergulir pasca ditunda selama 4 tahun akibat Perang Dunia I.

Pada musim 1914/15, atau musim terkahir sebelum liga ditunda karena perang, Tottenham finis sebagai juru kunci divisi teratas liga Inggris (First Division). Saat kompetisi kembali bergulir, jumlah klub peserta yang bersaing di kasta teratas mengalami peningkatan, dari 20 menjadi 22.

Chelsea yang finis di peringkat 19 pada musim 1914/15, memperoleh lampu hijau untuk tetap berada di First Division. Kemudian, dua klub yang sebelumnya finis teratas pada divisi 2 Inggris (Second Division), yaitu Derby County dan Preston North End, berhak mendapatkan tiket promosi.

Selanjutnya, hanya tersisa satu tempat lagi di First Division musim 1919/20. Dan keanehan mulai muncul kala pihak liga Inggris (Football League) memutuskan bahwa tempat terakhir akan dipilih melalui voting.

Ada 6 klub yang saat itu dinominasikan, yaitu Tottenham (20th, First Division), Barnsley (3rd, Second Division), Wolverhampton (4th, Second Division), Birmingham City (5th, Second Division), Arsenal (6th, Second Division), dan Hull (7th, Second Division).

The Gunners akhirnya memenangkan proses pemilihan dan berhak berlaga di kasta teratas. Sementara, Spurs harus rela turun ke Second Division. Ini lantas memunculkan kemarahan dari pihak Tottenham dan para pendukungnya.

Mereka menuduh pemilik Arsenal saat itu, Sir Henry Norris, menggunakan kekuasaan, kekayaan, serta koneksinya untuk membantu klubnya mendapatkan tempat di kasta teratas.

Ia dituduh melakukan kecurangan dengan menyuap atau dengan cara tertentu mempengaruhi para anggota pemungutan suara Football League, khususnya ketua liga sekaligus pemilik Liverpool, John McKenna, pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) liga.

Tuduhan ini sendiri tidak pernah terbukti. Namun, peristiwa pada 1919 ini menjadi salah satu sumber utama kebencian Spurs terhadap rival sekotanya itu.

Arsenal vs Tottenham dari Masa ke Masa

Sejarah Derby London Utara, Persaingan Panas Arsenal dan Tottenham - Sol Campbell Judas
Gambar: getty images

Tottenham hanya butuh semusim di Second Division. Mereka langsung promosi di musim selanjutnya setelah berhasil finis di peringkat pertama.

Pertemuan Spurs dan Arsenal pada 15 Januari 1921 menjadi laga kompetitif pertama keduanya pasca The Gunners hijrah ke Highbury. Pertemuan kedua klub pada periode ini disebut-sebut berjalan sangat keras.

Saking kerasnya, pada September 1922, Football Association (FA) mengecam hal ini dan mengancam akan memaksa kedua klub bermain tanpa penonton.

Laga Arsenal vs Tottenham pada periode-periode selanjutnya tetap berlangsung panas dan sengit. Sejak mendapatkan promosi pada 1919, The Gunners belum sekalipun turun kasta hingga saat ini. Sementara Spurs masih sempat beberapa kali harus merasakan pahitnya terdegradasi.

Sejak 1950, Spurs hanya sekali terdegradasi, membuat partai derby London Utara lebih sering tercipta.

Pada 2001, sejarah derby London Utara mencapai babak baru. Pemain jebolan akademi Tottenham yang menghabiskan hampir satu dekade karirnya bersama klub, Sol Campbell, memutuskan menyeberang ke Highbury dengan status bebas transfer.

Keputusan ini mendapat kecaman keras dari banyak fans Spurs, yang kemudian melabeli Campbell sebagai “Yudas”.

Keputusan pemain yang berposisi sebagai bek tengah tersebut didasari karena keinginannya untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi. Dan kenyataannya, Campbell akhirnya berhasil memenangkan 2 Premier League dan 3 FA Cup bersama The Gunners.

Arsenal memang lebih sering mencatatkan hasil yang lebih baik dibanding Spurs. Hal ini kemudian memunculkan apa yang dikenal sebagai St. Totteringham’s Day, yaitu perayaan yang dilakukan setiap kali Arsenal berhasil finis di atas Spurs di liga.

Dikutip dari The Athletic, St. Totteringham’s Day diperkirakan mulai diperingati sejak periode 2000-an awal. Sementara dikutip dari laman World Soccer Shop, perayaan ini merupakan spin-off yang diciptakan para fans Arsenal dari peringatan St. Hotspur Day.

St. Hotspur Day sendiri merupakan peringatan yang diciptakan pendukung Tottenham pada 14 April 1991, kala Spurs berhasil mengalahkan The Gunners di semifinal FA Cup.

Semenjak era Premier League dimulai pada 1992, Tottenham hanya 8 kali berhasil finis di atas Arsenal. Sementara The Gunners berhasil mengungguli rival beratnya tersebut sebanyak 23 kali, dan bahkan tim meriam London pernah menjaga torehan ini selama 22 tahun berturut-turut.

Itu tadi ulasan singkat mengenai sejarah derby London Utara. Secara pencapaian, Arsenal memang masih jauh lebih unggul dari Tottenham. Namun, hal ini lantas tidak membuat rivalitas keduanya tidak berjalan sengit.

Derby London Utara hampir selalu mampu menyajikan intensitas tinggi serta drama menghibur, membuatnya menjadi salah satu laga yang sayang untuk dilewatkan.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel