Sediksi.com – Di setiap musim penyelenggaraan Liga Champions, klub-klub terbaik dari liga-liga top Eropa selalu menjadi yang diunggulkan. Meskipun demikian, turnamen ini juga kadang menciptakan beberapa kisah memorable dari tim-tim kuda hitam Liga Champions terbaik yang berhasil membuat para unggulan merana.
Cerita-cerita underdog menjadi salah satu hal yang membuat kompetisi tertinggi antar klub Eropa ini semakin digemari. Apa yang ditampilkan para tim non-unggulan ini hampir selalu berhasil memikat hati para penggemar sepak bola secara luas.
Artikel berikut akan mengulas beberapa tim kuda hitam Liga Champions terbaik yang sukses membalikkan segala prediksi dan melampaui ketidakmungkinan.
7 Tim Kuda Hitam Liga Champions Terbaik
APOEL FC 2011/12
APOEL merupakan klub asal Nicosia, Siprus. Klub-klub dari negara kepulauan kecil ini terhitung cukup kesulitan menembus babak penyisihan grup Liga Champions sejak 1992. Faktanya, hanya ada 2 klub Siprus yang pernah melakukannya, yaitu APOEL dan Anorthosis Famagusta.
APOEL pertama kali menembus fase penyisihan grup pada musim 2009/10, di mana mereka menjadi juru kunci tanpa mencatatkan satu pun kemenangan.
Saat tim berjuluk Τhrylos ini kembali melakukannya pada musim 2011/12, mereka diprediksi akan tersingkir lebih awal. Namun, APOEL melampaui semua ekspektasi dengan memuncaki grup G di atas klub-klub yang lebih kuat seperti Zenit Saint Petersburg, FC Porto, dan Shakhtar Donetsk.
Tak sampai di situ, pemegang 28 gelar liga Siprus ini selanjutnya berhasil menyingkirkan raksasa Prancis, Olympique Lyon, di babak 16 besar.
Meskipun harus tersingkir dengan agregat telak 2-8 dari Real Madrid di babak perempatfinal, apa yang ditorehkan oleh salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik ini merupakan pencapaian bersejarah, tidak hanya bagi klub, namun juga sepak bola Siprus.
Schalke 04 2010/11
Schalke mencatatkan pencapaian yang buruk pada Bundesliga 2010/11, di mana mereka hanya finis di urutan ke-14. Namun, Die Königsblauen punya cerita berbeda di Eropa.
Bermain di bawah asuhan Ralf Rangnick sejak babak perempatfinal, Schalke berhasil mencapai babak semifinal Liga Champions pertama mereka dalam sejarah.
Setelah berhasil keluar sebagai juara grup, Schalke selanjutnya sukses menyingkirkan Valencia di fase 16 besar. Tantangan berat datang di babak selanjutnya dari tim juara bertahan, Inter Milan.
Di sini, Die Königsblauen berhasil membuat kejutan dengan menyingkirkan Nerazzurri. Tak tanggung-tanggung, Schalke lolos lewat agregat 7-3. Salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik ini bahkan menghancurkan Inter di San Siro dengan skor 2-5.
Namun, langkah Raul Gonzalez dkk. akhirnya terhenti di tangan Manchester United, yang berhasil memenangkan semifinal dengan agregat 6-1.
PSV Eindhoven 2004/05
PSV memang merupakan salah satu klub terbesar di Belanda. Namun, ketika berbicara Liga Champions, tim berjuluk Boeren ini bukanlah unggulan.
Meskipun harus kehilangan dua pemain kuncinya, Arjen Robben dan Mateja Kezman, jelang bergulirnya musim 2004/05, PSV justru tampil begitu mengesankan dengan meraih double di kancah domestik serta menembus babak semifinal Liga Champions.
Setelah lolos dari Grup E sebagai runners-up di bawah Arsenal, Boeren menyingkirkan dua wakil Prancis, yaitu AS Monaco dan Lyon, di babak 16 besar dan perempatfinal.
Di semifinal, PSV nyaris membuat kejutan kala menghadapi tim terkuat di Eropa saat itu, AC Milan. Setelah takluk 2-0 di San Siro, anak asuh Guus Hiddink kemudian tampil luar biasa di hadapan pendukungnya sendiri.
Gol Park Ji-sung dan Phillip Cocu nampaknya akan membawa laga ke babak tambahan, sebelum gol Massimo Ambrosini di menit 91 membuat Milan berada di atas angin.
Cocu kembali mencetak gol di menit 92, namun sayangnya PSV tidak punya cukup waktu lagi untuk mengejar gol tambahan. Salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik ini akhirnya harus tersingkir karena kalah gol tandang.
AS Monaco 2016/17
Monaco menjalani musim yang sensasional di 2016/17. Mereka sukses memenangkan gelar Ligue 1 serta mencapai semifinal Liga Champions.
Di kompetisi antar klub Eropa tersebut, Monaco harus melakoni 2 laga play-off terlebih dahulu sebelum akhirnya mencapai penyisihan grup. Tergabung di Grup E bersama Bayer Leverkusen, Tottenham Hotspur, dan CSKA Moscow, Les Rouge et Blanc sukses keluar sebagai juara grup.
Di 16 besar, Monaco sukses menyingkirkan Manchester City lewat kemenangan gol tandang setelah berhasil membalas kekalahan 3-5 di leg 1 dengan kemenangan 3-1 di leg 2.
Pada fase selanjutnya, anak asuh Leonardo Jardim mengalahkan Borussia Dortmund di laga kandang dan tandang, dan mencatatkan kemenangan dengan agregat 6-3.
Sayangnya di babak semifinal, wakil Italia, Juventus, masih terlalu kuat untuk Monaco, di mana mereka harus menyerah dengan agregat 1-4 setelah kalah di 2 leg.
Apa yang dicapai oleh salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik ini juga berdampak kepada beberapa punggawanya.
Berkat performa gemilang yang mereka tunjukkan di musim 2016/17, nama-nama seperti Kylian Mbappe, Bernardo Silva, Fabinho, Benjamin Mendy, Thomas Lemar, dan Tiemoue Bakayoko kemudian dilirik banyak klub top Eropa.
Ajax Amsterdam 2018/19
Setelah keluar sebagai juara secara cukup mengejutkan pada 1994/95, pencapaian Ajax di Liga Champions pada musim-musim selanjutnya belum terlalu memuaskan, hingga memasuki musim 2018/19.
Perjalanan de Godenzonen sendiri dimulai dari 3 laga play-off yang berhasil mereka menangkan sebelum akhirnya lolos ke penyisihan grup. Di fase ini, Ajax tergabung bersama Bayern Munchen, Benfica, serta AEK Athens, di mana mereka lolos ke 16 besar sebagai runners-up tanpa sekalipun menderita kekalahan.
Anak asuh Erik Ten Hag selanjutnya sukses melewati hadangan Real Madrid lewat kemenangan agregat 5-3. Keberhasilan mereka mempermalukan Los Blancos 4-1 di Santiago Bernabeu menjadi salah satu laga yang terus diingat sampai saat ini.
Di babak perempatfinal, de Godenzonen lagi-lagi sukses menyingkirkan tim unggulan. Juventus, yang diperkuat Cristiano Ronaldo, tidak mampu membendung momentum besar salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik ini.
Kemenangan Ajax 2-1 di Turin membuat mereka mengamankan tiket semifinal. Di babak ini, Dusan Tadic dkk. awalnya berhasil membawa pulang kemenangan tandang dari markas Tottenham Hotspur.
Pada leg 2, Ajax semakin berada di atas angin kala mereka menutup babak pertama dengan keunggulan 2-0. Sayangnya, hattrick Lucas Moura di 45 menit kedua mengubur impian de Godenzonen melaju ke partai puncak. Kekalahan ini jadi terasa lebih menyakitkan karena gol kemenangan Spurs itu tercipta di menit 96.
Valencia 1999/00
Hector Cuper berhasil membawa Valencia tampil sebagai salah satu tim kuda hitam Liga Champions terbaik pada musim 1999/00. Los Ches secara mengejutkan berhasil tembus hingga ke partai puncak.
Valencia harus melewati babak kualifikasi ronde ketiga terlebih dahulu sebelum mencapai penyisihan grup. Setelahnya, Santiago Canizares dkk. sukses keluar sebagai pemuncak grup F di atas Bayern Munchen, Rangers, dan PSV Eindhoven.
Pada babak penyisihan grup kedua yang mengerucut ke dalam 4 grup, Valencia berhasil lolos bersama Manchester United ke babak perempatfinal.
Di sini, mereka harus menghadapi hadangan Lazio, yang saat itu diisi nama-nama seperti Alessandro Nesta, Pavel Nedved, Juan Sebastian Veron, dan Marcelo Salas.
Los Ches sukses melaju ke semifinal lewat kemenangan agregat meyakinkan 6-2. Mereka selanjutnya harus berhadapan dengan Barcelona yang diperkuat nama-nama seperti Rivaldo, Luis Figo, Patrick Kluivert, dan Pep Guardiola.
Lagi-lagi, Valencia meraih kemenangan agregat meyakinkan 5-3. Di partai final, mereka bertemu dengan wakil Spanyol lainnya, Real Madrid. Pada laga yang digelar di Stade de France tersebut, Valencia gagal membuat kejutan lagi dan harus menyerah 3 gol tanpa balas.
FC Porto 2003/04
Status sebagai tim kuda hitam Liga Champions terbaik layak diberikan kepada FC Porto yang secara mengejutkan sukses menjadi yang terbaik di Eropa pada 2004. Meskipun datang sebagai juara bertahan UEFA Cup, tidak ada yang menduga bahwa skuad asuhan Jose Mourinho ini akan keluar sebagai juara.
Tergabung di grup F bersama Real Madrid, Olympique Marseille, dan Partizan Belgrade, Porto berhasil lolos sebagai runners-up grup.
Di babak 16 besar, Dragões membuat kejutan pertamanya dengan menyingkirkan Manchester United lewat agregat 3-2. Aksi Mourinho yang berlari ke pojok lapangan untuk ikut merayakan gol Costinha di menit 90 menjadi momen ikonik yang tercipta di laga ini.
Pada perempatfinal, Porto menaklukkan Lyon dengan agregat 4-2. Di babak semifinal Vitor Baia dkk. bertemu dengan tim kuda hitam lainnya Deportivo La Coruna. Kemenangan tipis 1-0 di Riazor, mengantarkan Dragões ke partai puncak.
Di sini, 2 tim kuda hitam menghiasi laga final Liga Champions yang digelar di Gelsenkirchen. Porto yang bermain lebih efektif sukses menumbangkan Monaco dengan skor 3-0, lewat gol yang masing-masing diciptakan oleh Carlos Alberto, Deco, dan Dmitri Alenichev.