Sediksi.com – Pemilihan Presiden atau disingkat Pilpres Rusia diselenggarakan mulai tanggal 15 hingga 17 Maret 2024. Tahun ini menjadi kali kedelapan penyelenggaran pilpres. Jika Vladimir Putin memenangkan suara, tahun ini akan menjadi periode kelimanya menjadi presiden Rusia.
Perjalanan Vladimir Putin memimpin Rusia sebagai presiden dan PM
Karier politik Vladimir Putin sudah dimulai sejak tahun 90-an dimana telah memimpin Rusia baik sebagai presiden maupun Perdana Menteri (PM) sejak 1999. Tahun 1999, Putin ditunjuk sebagai PM sampai dengan tahun 2000. Lalu dia ditunjuk lagi sebagai PM pada tahun 2008 hingga 2012.
Sedangkan untuk kronologi perjalanannya sebagai presiden dan PM, bisa dibagi ke dalam enam babak sebagai berikut.
Presiden pengganti (1999–2000)
Vladimir Putin menggantikan Presiden Rusia masa itu, Yeltsin yang mengundurkan diri pada 31 Desember 1999. Saat mengambil peran ini, Putin sedang melakukan kunjungan yang dijadwalkan sebelumnya ke pasukan Rusia di Chechnya.
Ketika oposisi menyiapkan pilpres pada Juni 2000, pengunduran diri Yeltsin menyebabkan pilpres tersebut diselenggarakan lebih awal hingga tiga bulan, yakni pada 26 Maret 2000.
Dari pilpres tersebut, Putin memenangkan suara terbanyak hingga 53% dan disahkan sebagai Presiden Rusia.
Periode pertama sebagai Presiden Rusia (2000–2004)
Vladimir Putin dilantik sebagai Presiden Rusia pada 7 Mei 2000. Dia menunjuk Menteri Keuangan Mikhail Kasyanov sebagai PM.
Periode kedua sebagai Presiden Rusia (2004–2008)
Dalam pilpres yang diselenggarakan pada 14 Maret 2004, Vladimir Putin mendapatkan suara sebesar 71% yang otomatis membuatnya terpilih kembali sebagai Presiden Rusia.
Ditunjuk sebagai PM (2008-2012)
Karena Vladimir Putin sudah mengikuti pilpres dua kali berturut-turut dan memenangkan suara, dia tidak boleh mencalonkan sebagai presiden pada periode ini. Tapi, Putin masih bisa mempertahankan kekuasaannya di Rusia dengan ditunjuk sebagai PM sehari setelah melantik Dmitry Medvedev sebagai Presiden Rusia berikutnya. Sedangkan di periode sebelumnya, dia Medvedev sendiri adalah wakil PM.
Periode ketiga sebagai presiden (2012–2018)
Vladimir Putin sudah diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai pilpres pada periode. Pilpres yang diselenggarakan pada 4 Maret 2012 itu, akhirnya memenangkan Putin yang mendapatkan suara sebesar 63,6%.
Periode keempat sebagai presiden (2018–2024)
Vladimir Putin kembali memenangkan pilpres pada 18 Maret 2018 dengan mendapatkan suara mayoritas sebesar 76%. Dalam pilpres kali ini, dia mengusung dirinya sebagai kandidat independen yang membuatnya berada di atas partai politik. Tapi, Putin didukung oleh 14 partai politik besar di Rusia.
Sampai kapan Vladimir Putin akan memimpin Rusia?
Untuk pilpres periode ini saja, Vladimir Putin bisa lanjut memimpin Rusia hingga setidaknya tahun 2030 jika memenangkan suara mayoritas pada pilpres 2024.
Kemudian, setelah perubahan konstitusi pada tahun 2020, berarti Putin dapat mencalonkan diri lagi dan berpotensi tetap berkuasa hingga tahun 2036, yang akan membuatnya mengamankan posisinya sebagai penguasa terlama di Rusia sejak diktator Uni Soviet, Joseph Stalin.
3 kandidat presiden dipilih melalui proses yang ketat
Sejak Vladimir Putin terus memenangkan suara dan mampu melanggengkan kepemimpinannya sejak setidaknya 25 tahun lalu, profil kandidat Presiden Rusia lainnya jarang tersorot.
Di sisi lain, sebagian besar kandidat oposisi telah tewas, dipenjara, diasingkan, dilarang mencalonkan diri, atau hanya sekadar pemandu sorak untuk meramaikan penyelenggaraan pilpres.
Faktor ini otomatis menjadi kemenangan bagi Putin, yang dipastikan kembali menjadi kepala negara Rusia. Sejak sebelum pergantian abad ini.
Komisi Pemilihan Umum Pusat Rusia hanya menyetujui tiga kandidat untuk menentang Putin: Leonid Slutsky dari Partai Demokrat Liberal, Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru dan Nikolay Kharitonov dari Partai Komunis. Ketiga orang tersebut dianggap sangat pro-Kremlin dan tidak ada yang menentang invasi ke Ukraina.
Dengan ini, mereka secara ketat memastikan agar semua kandidat pilpres kali ini tidak pro terhadap Ukraina dan memang punya visi untuk melanjutkan invasi ke Ukraina yang telah dimulai oleh Putin sejak dua tahun lalu.
Kandidat-kandidat oposisi, berdasarkan pengakuan mereka sendiri, tidak mungkin mendapatkan banyak suara dari pilpres. Slutsky, kandidat dari Partai Demokrat Liberal Rusia yang pengeluarannya yang besar pernah terungkap dalam salah satu penyelidikan Navalny, mengatakan tidak akan meminta warga Rusia untuk memilih selain Putin.
Dua kandidat terkemuka anti-perang juga dilarang mencalonkan diri. Yekaterina Duntsova ditolak oleh komisi karena dugaan adanya kesalahan dalam dokumen pendaftarannya.
Kemudian Boris Nadezhdin menyerahkan 100.000 tanda tangan yang diperlukan untuk menentang Putin, sebelum pihak komisi pada bulan Februari mengoreksi bahwa sebenarnya hanya 95.587 tanda tangan yang sah.