Sediksi.com – Usai merampungkan acara International Defence Industry Fair (INDEF’23) yang berlangsung 25-28 Juli 2023 di Istanbul, Turkish Aerospace Industry (TAI) dikabarkan akan datang ke Indonesia membawa salah satu produk andalan mereka, drone tempur.
Direncanakan akan berkunjung pada awal Agustus ini, kehadiran mereka diantisipasi karena membawa enam drone siap pakai dari total 12 yang sudah dipesan oleh Indonesia.
Indonesia beli 12 drone tempur Anka seharga 4,53 triliun kepada Turkish Aerospace
“Pembelian ditandai dengan penandatanganan kontrak dengan pihak penyedia yaitu Turkish Aerospace pada 3 Februari 2023,” kata Edwin Adrian Sumantha, Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan dalam keterangannya pada hari selasa (1/8).
Nilai kontrak ini seharga 300 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 4,53 triliun rupiah. Terkait nominal, Edwin menegaskan bahwa nilai tersebut masih dalam proses aktivasi di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Selain drone, kontrak tersebut juga meliputi kontrak tambahan seperti Integrated Logistic Support (ILS), Ground Support end Test Equipment (GS&TE), Flight Simulator, infrastruktur hanggar, pelatihan, dengan masa garansi selama 24 bulan atau 600 jam terbang.
TAI: 6 drone akan didatangkan utuh Agustus ini, 6 lagi akan dirakit di PT DI
Setelah penyelesaian pembelian drone, seorang insinyur TAI, perusahaan dirgantara milik Turki tersebut mengatakan mereka akan berkunjung ke Indonesia minggu pertama Agustus ini.
Kepada wartawan Tempo yang diundang menghadiri acara tersebut, ia mengatakan mereka akan “menunjukkan Anka dan bagaimana sistemnya bekerja” kepada pihak militer Indonesia.
Insinyur yang berjaga di stan Pesawat Tanpa Awak (UAV) area Ground Control Station dalam acara INDEF’23 tersebut juga menyebutkan rencananya 12 drone tempur Anka serta empat ground control akan dikirim ke Indonesia.
“Dari rencana 12 unit, sebanyak enam akan kami datangkan utuh Agustus tahun ini dan enam lagi akan dirakit di PT DI,” kata insinyur yang tidak ingin disebutkan namanya.
Temel Kotil, Kepala TAI mengatakan bahwa keputusan Indonesia membeli 12 unit drone Anka sudah bulat.
Oleh karena enam drone lainnya masih harus dirakit setibanya di Indonesia, kontrak pembelian tersebut juga mencantumkan kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) yang nantinya bertugas merakit drone Anka tersebut di Indonesia.
Kesepakatan kerangka kerja ini sebenarnya sudah dilakukan secara terpisah, yakni pada 2 November 2022. Ketika berlangsung pembukaan acara Indo Defence Expo & Forum di Jakarta, Indonesia.
Kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur Utama (Dirut) dan Direktur Produksi PTDI, Wakil Presiden (Wapres) TAI, dan Kotil sendiri.
Perjanjian dilakukan dengan tujuan membentuk proyek kerja sama antara PTDI dan TAI terkait pengadaan Engineering Man Power Services dan Engineering Work Packages.
Sementara itu, proyek jet tempur Indonesia-Korsel masih nunggak 10 triliun lagi
Di waktu yang bersamaan dengan transaksi drone tempur Anka, Indonesia juga sedang disibukkan dengan pelunasan proyek jet tempur KF-21 Boramae dengan Korea Selatan (Korsel).
Kata “boramae” sendiri diambil dari Bahasa Korea yang berarti elang muda atau elang tempur.
Meski mendapatkan antisipasi yang tinggi, proyek ini kini mengalami kendala yang cukup serius. Kendala ini menyebabkan Korsel sempat bimbang untuk melanjutkan proyek yang sudah diinisiasi sejak 2010 dengan Indonesia. Sebab, Indonesia masih menunggak utang proyek jet tempur ini sebesar 10 triliun rupiah atau 671 juta dolar AS.
Dalam proyek ini, Indonesia berkontribusi dana sebesar 20% yang pertama kali dibayarkan pada 2010, sedangkan Korsel berkontribusi sebesar 60%. Lalu sisa 20% lainnya ditanggung oleh Korea Aerospace Industry (KAI).
Baca Juga: AS dan Korea Selatan Sepakati Perjanjian Penting Guna Menangkal Ancaman Nuklir Korea Utara
Prototipe jet sudah diselesaikan dan dipublikasikan pada April 2021. Uji coba penerbangan juga sudah dilakukan pada Juli 2022. Dan proses produksi 40 jet tempur tersebut rencananya baru akan dimulai pada tahun 2026 dan diharapkan sudah bisa diekspor mulai 2028.
Antisipasi tinggi bukan hanya karena teknologi maju yang ditawarkan oleh jet tempur ini, tapi juga dikabarkan telah menciptakan 27 ribu lapangan kerja.
Angka tersebut diklaim oleh Lee Sung Il, Manajer Senior dan Kepala Tim Manajemen Pengembangan Bersama KFX kepada 13 jurnalis Indonesia yang hadir di Kantor KAI Sacheon pada 2 Juni lalu.
“Dari sisi ekonomi, Indonesia dapat keuntungan. Pasalnya, ada 27 ribu pekerjaan yang tersedia dalam kesepakatan ini,” ucapnya yang kemudian memperkirakan Indonesia akan mendapatkan keuntungan sebesar 10 miliar dolar Amerika melalui proyek ini.
Terkait proyek yang sedang tidak berjalan lancar, ia juga berharap Indonesia melanjutkan komitmennya terhadap proyek ini.
Pada 6 Juli, akhirnya Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia merespon hal ini dan mengatakan akan menyinkronkan dengan Kemenku terkait pelunasan utang proyek dan memastikan akan diselesaikan dalam waktu dekat.
“Karena ini suatu keputusan presiden, jadi saya kira nanti kami akan sinkronkan antara Kemenkeu dan Kemenhan,” ucapnya usai acara penyerahan pesawat C-130J Super Hercules ke TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.