5 Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota, Apa Penyebabnya?

5 Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota, Apa Penyebabnya?

Dari kiri Naypyidaw, Putrajaya dan Astana.

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Indonesia menjadi negara yang saat ini tengah bersiap memindahkan Ibu Kotanya.

Pemindahan DKI Jakarta ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajem Paser Utara, Kalimantan Timur akan terjadi pada tahun 2024, di masa akhir jabatan Presiden Jokowi.

Indonesia tentu bukanlah negara pertama yang akan memindahkan ibu kotanya. Ada sejumlah negara yang sudah lebih dahulu pernah memindahkan ibu kota mereka.

Akan tetapi, sayangnya ada negara yang gagal pindahkan ibu kota mereka.

Demi mencegah hal tersebut terjadi pada Indonesia, mari simak 5 negara yang gagal pindahkan ibu kota berikut ini.

Dari situ, Indonesia mungkin bisa mengetahui apa penyebab 5 negara gagal pindahkan ibu kota mereka.

Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota

Malaysia

5 Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota, Apa Penyebabnya? - beautiful architecture building exterior city kuala lumpur skyline
freepik

Malaysia pernah melakukan terobosan baru dengan memutuskan memindahkan pemerintahannya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, sebuah kota yang jaraknya 25 km dari ibu kota.

Keputusan itu diambil pada tahun 1995 dan pemindahan pemerintahan dilakukan pada 1999.

Alasan pemindahan itu dilakukan karena kondisi Kuala Lumpur yang semakin macet. Mengingat, kota tersebut menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, tujuan dari pemindahan tersebut untuk mencapai pemerataan pembangunan di daerah.

Sayangnya, banyak pegawai pemerintahan yang justru tidak tertarik pindah di Putrajaya. Alasannya, mereka tidak ingin jauh dari keluarga dan kerabat. Meskipun, jarak antar kota tersebut masih terbilang dekat.

Sejumlah kantor pemerintahan sudah dipindahkan ke Putrajaya meski pustat perekonomian dan Gedung Parlemen masih di Kuala Lumpur.

Myanmar

Myanmar menjadi negara yang pernah ingin memindahkan ibu kotanya dari Yangon ke Naypyidaw. Hal tersebut terjadi pada November 2005, di saat junta militer yang dipimpin Jenderal Than Shew.

Alasan pemindahan pemerintahan dan ibu kota itu disebut karena Yangon menjadi populasi yang padat dan macet.

Meski begitu, pada laporan Nikkei Asia menyebut bahwa pemindahan juga memiliki motif lain yakni untuk mewaspadai gerakan pro-demokrasi hingga sebagai bentuk startegi militer setempat.

Naypyidaw berarti ‘Istana Kerajaan’ yang lokasinya berada di Desa Kyatpae, Kota Pyinmana, Provinsi Mandalay, jaraknya 372,8 km dari Yangon.

Pemindahan ibu kota yang menelan biaya besar itu sayangnya gagal. Kota Naypyidaw sering disebut ‘Kota Hantu’ karena banyak penduduk yang tidak mau tinggal di sana.

Hal tersebut terjadi selama proses pemindahannya, pemerintah Myanmar tidak terbuka dengan rakyatnya.

Alhasil, Naypyidaw menjadi kota yang terlihat sepi, jalanan kosong dan banyak bangunan yang tak berpenghuni.

Korea Selatan

5 Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota, Apa Penyebabnya? - seoul tower with gyeongbokgung roof red autumn maple leaves namsan mountain south korea
freepik

Korea Selatan menjadi negara yang gagal pindahkan ibu kota selanjutnya. Tahun 2002, Roh Moo Hyun yang merupakan kandidat Partai Demokrat memenangkan pemilihan presiden.

Ia merayu para pemilih di provinsi-provinsi Korea Selatan dengan janji untuk memindahkan beberapa fungsi pemerintahan dari Seoul ke wilayah Sejong.

Seoul disebutnya terlalu dekat dengan Korea Utara dan menjadi kota yang semakin macet.

Kota Sejong ini lalu berhasil didirikan pada tahun 2007 sebagai ibu kota administratif. Kantor dan kementerian utama secara bertahap pindah ke sana, termasuk kantor perdana menteri, kementerian keuangan, perdagangan dan transportasi, komisi perdagangan, dan Layanan Pajak Nasional.

Relokasi ini telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan wilayah tersebut, dengan jumlah penduduk dan harga rumah yang mulai melonjak.

Namun, dikarenakan Gedung Biru kepresidenan dan Majelis Nasional masih berada di Seoul, hal ini memaksa banyak pejabat berpindah antara kedua kota tersebut.

Selain itu, banyak juga pegawai pemerintah yang menolak pindah dari Seoul ke Sejong dengan alasan tak ingin melakukan perjalanan bolak-balik setiap minggunya.

Banyak dari mereka yang mulai menganggap Sejong sebagai kota yang tidak memiliki jiwa.

Australia

Canberra menjadi ibu kota Australia pada tahun 1913 sebagai cara untuk meredakan persaingan ketat antara Melbourne dan Sydney.

Kota tersebut terletak di pedalaman untuk mencegah kemungkinan pemboman angkatan laut.

Saat ini, Canberra menjadi lokasi Gedung Parlemen dan Pengadilan Tinggi Australia serta kantor pusat semua departemen pemerintah federal dan militer.

Pada tahun 1996, di saat Perdana Menteri John Howard mengumumkan bahwa Kirribilli House yang menghadap Pelabuhan Sydney akan menjadi tempat tinggal utamanya dibandingkan The Lodge di Canberra, ini seolah menjadi pengakuannya atas kegagalan ibu kota tersebut.

Mantan Perdana Menteri Paul Keating mengatakan kota ini adalah salah satu kesalahan terbesar negaranya dan harus ditinggalkan.

Kazakhstan

Mantan Presiden Nursultan Nazarbayev pada tahun 1994 mendorong undang-undang melalui parlemen untuk memindahkan ibu kota dari Almaty ke Akmola. Kota ini berganti nama menjadi Astana pada tahun 1998.

Terletak di pusat negara yang dekat dengan lokasi produksi minyak, Astana diperkirakan dipilih untuk meningkatkan jumlah etnis Kazakh di wilayah sekitarnya pada saat ada kekhawatiran bahwa beberapa provinsi akan memisahkan diri dan bergabung dengan Rusia.

Kota provinsi yang tadinya membosankan telah diubah menjadi kota modern yang dinamis dan pusat ekonomi negara.

Saat pemindahan ibu kota ke Astana itu, Kazhakstan mengalami tekanan ekonomi.

Saat itu, penduduk juga enggan untuk pindah ke ibu kota yang baru karena merasa tidak tertarik sehingga, kota hanya diisi oleh aparatur negara.

Itulah 5 negara yang gagal pindahkan ibu kota mereka. Semoga informasi di atas bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia!

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel