Sediksi.com – Banyak yang berpendapat bahwa setiap orang memiliki kemampuan atau bakat yang bisa diasah lewat proses pembelajaran. Dalam proses ini, tidak sedikit dari mereka yang memiliki mindset tertentu terkait upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Mindset ini biasanya dikenal sebagai growth mindset.
Apa itu growth mindset?
Untuk memahami apa itu growth mindset, seseorang mungkin dapat memulai dengan melihat proses perkembangan dalam dirinya sendiri.
Jika seseorang merasa banyak hal dalam hidupnya selama ini yang berkembang dan membuatnya semakin yakin bahwa hal-hal itu, entah yang bersifat bakat alami atau bukan, ternyata bisa diasah melalui usaha terus menerus, maka boleh dibilang ia memiliki growth mindset.
Artikel ini akan mencoba mengeksplorasi lebih jauh terkait istilah yang semakin populer, khususnya di dunia kerja, ini beserta aspek-aspek di dalamnya. Simak ulasan apa itu growth mindset berikut ini.
Apa Itu Growth Mindset?
Secara singkat, growth mindset adalah memiliki atau menanamkan pola pikir perkembangan diri. Dalam buku berjudul Mindset: The New Psychology of Success, psikolog dari Universitas Stanford, Carol S. Dweck, menjelaskan apa itu growth mindset adalah suatu ihwal pada orang-orang yang meyakini bahwa kesuksesan mereka bergantung pada waktu dan usaha.
Jadi, orang-orang yang memiliki growth mindset adalah mereka yang merasa bahwa skill serta intelejensi dapat ditingkatkan dengan usaha serta kegigihan.
Growth mindset juga berarti pemikiran yang mempercayai bahwa kemampuan dan intelejensi orang-orang bisa dikembangkan dan diperluas melalui usaha, ketekunan, dan semangat untuk belajar.
Contoh dan Manfaat Growth Mindset
Setelah mengetahui apa itu growth mindset, pembahasan akan dilanjutkan kepada contoh-contoh growth mindset. Pembahasan mengenai contoh growth mindset juga sekaligus menunjukkan manfaat growth mindset pada mereka yang menerapkannya dalam kehidupan.
Berani Menghadapi Tantangan
Salah satu contoh growth mindset yang sering ditemui ialah kemauan untuk menerima tantangan. Alih-alih menghindar dari kesulitan, seseorang dengan growth mindset akan melihat tantangan tersebut sebagai peluang untuk perkembangan dan pertumbuhan diri.
Mereka paham bahwa dengan melangkah keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan secara langsung, mereka dapat mengembangkan kemampuan dan memperoleh keterampilan baru.
Pergeseran perspektif ini memungkinkan orang-orang dengan growth mindset untuk membuka secara menyeluruh potensi yang dimiliki dan mencapai tingkat kesuksesan yang lebih tinggi.
Gigih Saat Berjuang
Menanamkan growth mindset akan mendorong ketahanan dan ketekunan seseorang saat menemui kemunduran dan kegagalan. Ketimbang berkecil hati karena kegagalan sementara, seseorang yang menanamkan pola pikir berkembang cenderung akan melihat kemunduran sebagai bagian dari proses belajar atau pengalaman yang berharga.
Orang-orang ini menyadari bahwa kemunduran tidak sama dengan batasan kemampuan mereka secara keseluruhan. Kemunduran bagi mereka merupakan sebuah umpan balik (feedback) yang berharga pada bidang yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut.
Selain itu, contoh growth mindset seperti ini juga memperkuat tekad mereka untuk bertahan, belajar dari kesalahan, dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk kemudian mencapai kesuksesan.
Terus Belajar
Contoh growth mindset selanjutnya adalah menekanan pada upaya dan pembelajaran berkelanjutan. Ketimbang hanya mengandalkan bakat atau kecerdasan alami atau bawaan, seseorang dengan growth mindset cenderung akan memahami bahwa upaya berkelanjutan adalah kunci dalam mengembangkan serta menguasai sesuatu.
Kecintaan terhadap pembelajaran, mengusahakan pertumbuhan, serta mengupayakan perberkembangan dalam setiap aspek kehidupan merupakan beberapa aspek yang dimiliki orang-orang dengan growth mindset.
Dengan pola pikir seperti ini, tantangan umumnya akan suatu hal yang menarik bagi mereka untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya. Selain itu, perjalanan dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru akan menjadi pengalaman yang memperkaya dan memuaskan.
Menanamkan Keyakinan Pada Diri Sendiri
Melakukan suatu bentuk upaya sadar dalam menumbuhkan kepercyaan dalam diri sendiri juga merupakan salah satu contoh growth mindset. Hal ini termasuk upaya menghindari segala bentuk keyakinan yang dapat membatasi diri, dan lebih merangkul pemikiran dan penegasan yang berujung pada pemberdayaan.
Dengan membingkai ulang pola pikir dan menanamkan keyakinan bahwa tantangan adalah peluang dan kegagalan adalah batu loncatan menuju kesuksesan, seseorang dapat mengatasi keraguan diri (self-doubt) dan mencapai potensi yang dimiliki sepenuhnya.
Bahasa yang digunakan, baik dalam self-affirmation (afirmasi diri), self-talk (obrolan dengan diri sendiri), maupun dalam interaksi dengan orang lain, dapat berperan penting dalam melestarikan growth mindset.
Kata-kata yang menyemangati dan memotivasi, serta feedback yang konstruktif dapat menginspirasi diri sendiri dan orang lain dalam perjalanan menuju pertumbuhan diri.
Namun, penting untuk diingat bahwa upaya menginspirasi diri ini wajib diikuti dengan tindakan nyata pertumbuhan diri.
Miskonsepsi Karakteristik dan Penerapan Growth Mindset
Growth mindset telah menjadi istilah yang semakin populer, khususnya di tempat kerja. Banyak yang tertarik serta meyakini pola pikir ini. Namun, apakah orang-orang tersebut benar-benar telah menanamkan serta benar-benar memahami karakteristik dan penerapan growth mindset?
Menurut Carol Dweck dalam artikelnya di Harvard Business Review, keterbatasan pemahaman terkait makna sebenarnya atau karakteristik growth mindset merupakan pemandangan yang masih cukup sering dijumpai. Dweck kemudian memperlihatkan 3 miskonsepsi umum tentang growth mindset, antara lain:
Growth Mindset Adalah Pola Pikir yang Dapat Ditanamkan Secara Murni
Menjadi seseorang yang berpikiran terbuka (open-minded), fleksibel, atau berpandangan positif merupakan hal-hal yang banyak orang percayai hampir selalu mereka miliki. Akan tetapi, bagi Dweck dan koleganya, hal tersebut merupakan sebuah growth mindset palsu.
Pasalnya, tidak ada yang namanya growth mindset murni, atau memiliki pola pikir pertumbuhan diri yang paripurna. Hampir semua orang memiliki pola pikir yang merupakan percampuran antara growth mindset dan fixed mindset, dan pola pikir ini terus berkembang seturut pengalaman yang diperoleh.
Alih-alih terus berupaya agar mencapai growth mindset seutuhnya, percampuran pola pikir tersebut dalam diri harus diakui keberadaanya demi memperoleh manfaat yang lebih maksimal.
Growth Mindset Hanyalah Soal Memuji dan Menghargai Usaha
Bagi Dweck penyataan ini tidak sepenuhnya benar, terlebih bagi pelajar di sekolah serta bagi karyawan di perusahaan. Baik di sekolah maupun di perusahaan, hasil merupakan hal yang penting, dan usaha yang tidak produktif selalu merupakan hal yang buruk.
Sehingga, memberi penghargaan tidak semata-mata hanya kepada usaha, namun juga kepada progres dan pembelajaran merupakan hal yang utama. Selain itu, berbagai proses yang dilakukan dalam menghasilkan hal-hal tersebut juga perlu ditekankan.
Dweck kemudian menunjukkan bahwa di seluruh penelitian yang ia lakukan bersama koleganya, hasil (outcome) merupakan hal yang muncul dari keterlibatan mendalam atas berbagai proses yang dilakukan. Proses-proses ini antara lain meliputi, mencari bantuan dari orang lain, mencoba strategi baru, serta memanfaatkan kemunduran sebagai modal untuk bergerak maju secara efektif.
Baca Juga: 8 Kiat Ampuh Mempertahankan Motivasi Kerja
Hasil Tidak Menghianati Usaha
Dweck memang setuju bahwa nilai-nilai positif seperti pertumbuhan, pemberdayaan, dan inovasi bukanlah hal yang bisa dibantah. Akan tetapi, hal-hal itu akan sia-sia jika perusahaan tidak menerapkan kebijakan yang membuat nilai-nilai tersebut menjadi nyata dan dapat dicapai.
Perusahaan yang ingin mewujudkan growth mindset perlu mendorong pengambilan resiko yang tepat, karena pasti akan ada resiko yang hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Mereka juga perlu memberi penghargaan kepada karyawan atas pelajaran atau pengalaman penting, bahkan ketika target tidak tercapai.
Selain itu, alih-alih mendorong persaingan di antara karyawan atau unit, perusahaan harus mendukung kolaborasi antar lintas batas organisasi.
Yang tidak kalah penting, perusahaan yang berkomitmen terhadap perkembangan tiap anggotanya, harus betul-betul melakukannya lewat perbuatan tidak hanya kata-kata, seperti menyediakan kesempatan untuk perkembangan atau kemajuan secara luas.
Intinya, perusahaan wajib memperkuat nilai-nilai growth mindset secara terus menerus lewat kebijakan-kebijakan konkrit. Sebab, apa itu growth mindset jika hanya sekedar dikumandangkan saja?
Demikian ulasan terkait apa itu growth mindset beserta aspek-aspek penting di dalamnya. Menanamkan pola pikir seperti ini dalam aktivitas sehari-hari dapat memberi banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup.
Dengan lebih memahami apa itu growth mindset, contoh-contoh growth mindset, serta miskonsepsi terhadap karakteristik growth mindset yang masih umum dijumpai, orang-orang yang benar-benar memiliki semangat untuk berkembang dapat memaksimalkan mindset ini, baik dalam dunia kerja, pendidikan, serta kehidupan secara luas.