Sediksi.com – Bagi banyak orang, work-life balance adalah bayangan ideal kehidupan dalam hubungannya dengan pekerjaan. Istilah ini makin populer dalam perbincangan tentang dunia kerja.
Meski sudah sejak lama dibayangkan, masih banyak yang meraba-raba mencapai keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Beberapa orang mengalami kesulitan memisahkan kehidupan personal dan pekerjaan.
Banyak orang barangkali merasa pekerjaan mereka melelahkan, punya bos yang kelewat banyak menuntut, tetapi tetap dilakoni juga. Sampai-sampai ada pikiran bekerja mulu hingga tubuh kelelahan dan pikiran pun juga ikutan stres.
Kita mungkin pernah berpikir apakah sebetulnya kita ini sedang bekerja atau malah dikerjain. Seolah-olah hidup ini hanya untuk kerja, kerja, kerja!
Itulah mengapa work-life balance penting untuk dipertimbangkan.
Secara sederhana, work-life balance bisa dipahami sebagai visi untuk mewujudkan keseimbangan antara bekerja dan kehidupan pribadi. Kita boleh saja bekerja keras untuk terus menjalani hidup. Di saat yang sama penting pula untuk mempertimbangkan kesejahteraan, baik finansial maupun fisik dan mental.
Apa itu Work-Life Balance?
Dikutip dari BBC Work-Life Balance merujuk pada kondisi di mana seseorang bisa mengalokasikan waktu dan energi secara seimbang antara tanggungan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan kata lain, work-life balance adalah keadaan saat pekerjaan dan kehidupan pribadi tak lagi bentrok.
Ide soal work-life balance secara umum makin diminati sejak 8 jam kerja dalam sehari mulai diterapkan pada awal abad 20. Kita patut berterima kasih pada perjuangan para buruh untuk ini lho, sebab ini merupakan langkah yang amat penting dalam dunia kerja.
Meski demikian, 8 jam kerja dalam sehari tak serta-merta disandingkan dengan work-life balance. Setidaknya, kemenangan para buruh memperjuangkan 8 jam kerja dalam sehari dimaknai sebagai kesanggupan untuk memisahkan tanggungan pekerjaan dan kehidupan.
Dalam sehari, ada 24 jam. Tentu, pembagian waktu yang setara tak berarti seimbang. Jika kita mengasumsikan jam kerja sebanyak 8 jam, ada sisa 16 jam di luar pekerjaan. Dipotong 8 jam untuk waktu tidur yang ideal, masih ada waktu luang 8 jam. Waktu ini dibayangkan sebagai waktu yang murni dimiliki oleh seseorang untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai.
Work-life balance artinya melibatkan penciptaan harmoni di antara berbagai aspek kehidupan, termasuk karier, keluarga, menikmati waktu luang, dan sekaligus pengembangan diri.
Faktor yang mempengaruhi
Keadaan yang seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Penting bagi masing-masing orang memahami apa saja faktor yang memengaruhi work-life balance. Beberapa hal berikut ditengarai merupakan hal-hal yang berpangaruh pada terciptanya keseimbangan.
Tuntutan pekerjaan
Sudah barang tentu tiap perusahaan maupun tempat kerja lainnya menuntut karyawannya mencapai target yang ditetapkan dan disepakati. Pekerjaan yang diberikan pun juga harus ditetapkan berdasarkan pada beban kerja yang masuk akal.
Dalam poin ini, beban kerja perlu digaris bawahi. Pasalnya, kebutuhan tempat kerja dan kesanggupan karyawan jelas berbeda. Jika hal ini tuntas, keseimbangan berpeluang besar tercapai.
Prioritas
Masing-masing orang memiliki prioritas yang berbeda dalam kehidupan. Waktu dan energi yang dikerahkan pun dengan demikian juga berbeda. Mengetahui prioritas akan memudahkan seseorang melakukan hal-hal yang mestinya mereka lakukan dengan fokus dan tepat sasaran.
Perlu support system
Manusia tak hidup sendirian. Mereka punya kerabat, teman maupun rekan kerja. Orang-orang itu menjadi faktor yang memengaruhi keadaan seseorang. Relasi yang baik tentu akan mendorong seseorang untuk berbagi keluh-kesah, motivasi, dan penguatan positif.
Pengelolaan waktu
Keterampilan mengelola waktu dengan efektif akan memperbesar peluang seseorang mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan kata lain, atur prioritas, hindari menunda-nunda kegiatan, maupun membuat jadwal bisa membantu seseorang mencapainya.
Setidaknya, kesanggupan mengelola waktu dengan bijaksana membuat seseorang tahu, berapa lama suatu kegiatan dilakukan, apa capaiannya, sebelum mengerjakan aktivitas lain. Energi pun jadi tak terbuang dengan percuma.
Cara mencapai Work-Life Balance
Mencapai keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi jelas bukan barang mudah. Belum banyak yang memaknai pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah dua hal yang berbeda. Tentu saja itu amat menantang. Meski demikian, ada sejumlah kiat dan cara mencapai work-life balance.
Tetapkan prioritas
Identifikasi mana saja yang penting dan perlu dikerjakan sesegera mungkin. Entah itu urusan pekerjaan, maupun pribadi. Buat skala prioritas secara proporsional dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi. Dengan demikian, energi dan fokus kitab isa tercurahkan dengan maksimal.
Tentu setelah menetapkan prioritas kita juga mesti berkomitmen bahwa hal ini akan tercapai. Menunda-nunda jelas bukan opsi.
Buat jadwal yang seimbang
Rencakan jadwal yang bisa mengakomodasi keperluan untuk bekerja, waktu luang untuk diri sendiri, keluarga, maupun teman. Tentu saja perlu mempertimbangkan waktu istirahat. Ada sejumlah teknologi aplikasi pengelola tugas dan waktu yang bermanfaat untuk mengelola waktu yang bisa membantu kita.
Sebagaimana dibahas di poin soal apa itu work-life balance, semua orang memiliki waktu yang sama, yakni 24 jam dalam sehari. Nah, dalam hal ini, adalah tanggung jawab masing-masing untuk mengatur jadwal dan menghormati batasan tersebut.
Berkomunikasi dengan baik
Kita bisa berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja dan keluarga soal kebutuhan sebagai individu. Tak perlu ragu untuk menyampaikan pendapat, toh, dengan begini semua pihak akan memperoleh pandangan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Kepada atasan, sekiranya beban kerja terlalu berat, kita bisa bernegosiasi ulang agar solusi bisa ditemukan. Di lain sisi, dengan keluarga, misalnya, bisa menyampaikan bahwa ada waktu-waktu yang memang dialokasikan sepenuhnya untuk bekerja dan kehidupan.
Tetapkan batasan antara kerja dan urusan pribadi
Merujuk pada konsep ini sendiri, harapannya adalah tidak mencampurkan tanggung jawab di pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ingat, bahwa dua hal ini memang punya batasan. Memiliki batasan yang jelas berarti memperbesar peluang hidup kita jadi tak awut-awutan.
Ini juga berkaitan dengan profesionalitas dan hidup kita sebagai manusia. Hindari membawa tanggungan pekerjaan ke rumah, dan sebaliknya, tak perlu melibatkan kehidupan pribadi pada saat bekerja.
Memiliki visi bagaimana seharusnya hidup dijalani
Sebagai manusia, kita tentu punya pandangan mengenai bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan. Pandangan itu kemudian bisa disesuaikan dengan tujuan mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Kita mungkin mendambakan hidup yang bisa dinikmati. Pada saat yang sama, kita juga bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan.
Manfaat Work-Life Balance
Konsep ini memiliki manfaat penting bagi kesejahteraan seseorang. Tidak hanya pada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, tetapi juga pada fisik dan mental. Disarikan dari Forbes, jika keadaan ini tercapai, ada sejumlah manfaat yang bisa dirasakan.
Kesehatan fisik dan mental terjaga
Tercapainya keadaan ini membuat kita jadi terhindar dari beragam persoalan seperti kelelahan, stres yang berlebihan, hingga risiko burnout. Kondisi fisik dan mental akan tetap terjaga. Energi juga tak terkuras untuk hanya memikirkan pekerjaan.
Tentu saat kita membincangkan manfaat kesehatan, bisa lebih maksimal jika menyisipkan aktivitas fisik ringan hingga berat sesuai kemampuan.
Produktivitas dan kreativitas meningkat
Saat keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan terwujud, seseorang bisa lebih fokus untuk mengerjakan sesuatu dengan produktif. Pasalnya, mereka tahu kapan pekerjaan mesti diselesaikan, dan kapan kehidupan pribadi bisa dinikmati.
Di lain sisi, kita juga mengetauhi ada jeda antara pekerjaan dan kehidupan. Kita bisa beristirahat dan menikmati waktu pribadi tanpa terusik pekerjaan, sekaligus bekerja tanpa melibatkan kehidupan pribadi.
Hidup lebih berkualitas
Saat pekerjaan dan kehidupan seimbang, kita berpeluang tidak membawa urusan pekerjaan ke tempat tinggal. Urusan pekerjaan selesai di tempat kerja. Begitu pula dengan kehidupan pribadi yang tak terseret ke tempat kerja.
Kita bisa menikmati waktu untuk diri sendiri, keluarga maupun pasangan. Hubungan dengan mereka bakal kian erat.
Bisa mengembangkan diri
Kita tahu, hidup tak hanya untuk bekerja. Ada banyak hal yang kita sukai dan bisa kita lakukan, seperti misalnya menikmati hobi. Tentu tak hanya hobi, kita juga memikirkan apa saja yang ingin kita lakukan lainnya seperti belajar hal-hal baru.
Itu semua berpeluang dan memungkinkan seseorang untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Produktivitas dan kreativitas dalam bekerja bisa meningkat, dan di saat yang sama, kita bisa berbahagia.
Suatu pekerjaan tentu tak menawarkan work-life balance saat melakukan wawancara kerja, maupun menyertakannya dalam kontrak. Tiap orang perlu memaknainya sendiri, dan memutuskan apakah mereka akan mencapainya atau tidak.