Mengenal Tradisi Sangu Lebaran, Momen yang Dinantikan Bocil

Mengenal Tradisi Sangu Lebaran, Momen yang Dinantikan Bocil

Tradisi sangu lebaran

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Mendekati lebaran 2024, apakah kamu sudah menyisihkan sejumlah rezeki untuk dibagikan ke anak-anak? Yap, sebentar lagi akan ada banyak orang yang akan membagikan uang saat lebaran.

Sudah tahu kan bagi-bagi uang saat lebaran namanya apa? Ada yang menyebutnya sebagai tradisi sangu lebaran, sementara yang lain menyebutnya angpao lebaran.

Tradisi lebaran di negara kita memang beragam banget. Mulai dari halal bi halal, saling sambang sedulur, dan tradisi sangu lebaran kepada anak-anak. Momen ini ditunggu bocil-bocil yang rela antri buat memperoleh pemasukan yang bisa jadi bakal mereka gunakan untuk top up koin game online.

Buat kamu yang sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, jangan ngarep-ngarep dikasih ya. Karena sudah waktunya bagi kita buat memberi sangu juga. Tapi kalau ada yang ngasih dan cenderung maksain, ya mana tahan buat menerimanya.

Kadang-kadang kita juga menyaksikan guyonan bapack-bapack di kala lebaran, yang mengatakan, “Aku dikasih sangu juga nggak? Aku kan anak-anak kepala empat?!”

Yuk ikuti terus artikel ini, kita akan membahas satu persatu tradisi sangu lebaran dan perkembangan sangu lebaran hingga era digital.

Tradisi Sangu Lebaran

Mengutip dari jurnal Destya Tazkiyah yang berjudul: Adaptasi Tradisi Angpao Saat Hari Raya Lebaran di Purwokerto: Perpektif Teori Agil Talcott Parsons, tradisi sangu lebaran memang sudah ada sejak zaman dulu, setelah adanya akulturasi dengan budaya China.

Di dalam jurnal itu, Destya juga mengatakan bahwa memberikan uang lebaran kepada anak-anak atau sanak saudara sangat boleh dilakukan, karena itu sama saja dengan memberi hadiah atau sedekah. Hanya saja, tujuannya memang harus tulus, dan diberikan pada momen lebaran.

Karena meniatkan sedekah ataupun hadiah, memberi kepada siapapun tidak lah masalah. Entah itu memberikan kepada keponakan, sepupu, saudara jauh, anak yatim, atau anak lewat, itu semua terhitung sangu lebaran.

Untuk batasannya, berapa nominal sangu lebaran tidak begitu punya batasan. Sebaiknya disesuaikan saja dengan kemampuan kita, dan memilah siapa-siapa yang bakal diberi.

Asal-usul Tradisi Sangu Lebaran

berapa uang THR untuk anak kecil

Masih mengutip dari jurnal Destya, di satu daerah di Purwokerto, tepatnya di Pasar Wage, warga muslim dan warga Tionghoa sudah berabad-abad telah menjalin hubungan transaksional di sana. Terlebih, di pasar Wage berdiri sebuah klenteng Hok Tiek Bio, klenteng paling tua di kota tersebut.

Biasanya, pada momentum tahun baru Imlek, orang tua dan saudara yang telah menikah akan memberikan angpao kepada anak-anak dan remaja. Dan kemudian, warga etnis Tionghoa di Pasar Wage akan saling berkumpul dan berkunjung ke rumah masing-masing.

Karena permukiman saudagar Muslim tidak lah jauh dengan lokasi Pasar Wage, dan banyak juga pedagang muslim yang membuka lapak di pasar tersebut, maka saban tahun baru Imlek warga Muslim selalu menyaksikan tradisi bagi-bagi angpao tersebut.

Tradisi berbagi angpao sangu lebaran sudah dilakukan secara menyeluruh hampir di berbagai daerah. Penyebutannya berbeda-beda, ada yang bilang THR bocil, sangu riyayan, juga angpao lebaran, dan lain sebagainya.

Tradisi membagi-bagikan uang pada anak kecil pada saat lebaran adalah salah satu faktor yang menyebabkan permintaan uang dan jumlah uang yang beredar menjelang lebaran.

Makna Sangu Lebaran

Mungkin kita satu pemikiran, bahwa sewaktu masih kecil, salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu ketika lebaran ialah berbaris dan mengantri di hadapan sesepuh yang kemudian menerima sangu lebaran darinya.

Siapa disini yang pernah bolak-balik masuk ke dalam antrean sehingga menerima sangu dobel? Kalau ada yang pernah, berarti masa kecil kalian cerdik hehe.

Meskipun berbeda era, tapi di masa kini pun nuansa itu tidak banyak berubah. Menerima sangu lebaran masih sama menyenangkannya seperti dulu. Meski jumlahnya nggak seberapa, tapi kalau dikumpulin bisa jadi banyak kan?

Tahu nggak, pada perayaan Idulfitri, hampir semua orang mendapatkan berkahnya loh. Tidak ada yang bersedih hati di hari kemenangan itu, dan tidak ada yang merasakan lapar pada hari yang penuh dengan makanan.

Melansir dari Kompas, Kepala Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Sunu Wasono mengatakan, bahwa tradisi sangu lebaran dapat menularkan semangat berbagi kepada sesama. Dengan membagikan hadiah lebaran, semua orang akan mendapatkan kebahagiaan dan berkah dari adanya hari lebaran.

Selain itu, hadiah-hadiah tersebut juga berguna untuk mendorong bocil-bocil agar lebih giat lagi dalam beribadah dan berbuat baik. Bener kan, mana orang tua yang memberikan sangu sambil berkata “nih aku kasih sangu, buat top up ep-ep!”

Berbagi Sangu Lebaran dengan Uang Digital

Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh kepada sosio-kultur masyarakat Indonesia, tak terkecuali tradisi sangu lebaran. Dua tahun ke belakang, pemerintah menetapkan kebijakan lockdown dan social distancing saat berlangsungnya hari raya Idulfitri.

Hal itu membuat masyarakat, yang selama ini melakukan tradisi berbagi angpao atau sangu lebaran, memanfaatkan teknologi digital untuk memberikan sangu lebaran. Dengan mentransfer uang melalui rekening bank atau uang elektrik ke orangtua anak-anak, tradisi tersebut bisa tetap berlanjut meski terhalang oleh pandemi Covid-19.

Namun setelah Covid-19 mereda, berbagi sangu lewat rekening bank atau uang elektronik bisa jadi pilihan yang menarik. Hal itu lebih praktis. Hanya tinggal scan-scan saja, tanpa perlu membawa uang cash kemana-mana.

Apalagi jika ada saudara yang terkendala jarak dan tidak bisa mudik, berbagi uang elektronik merupakan cara yang efektif. Betul nggak?

Demikian artikel tentang tradisi sangu lebaran yang kita sajikan untuk kamu. Menggunakan uang tunai atau uang elektronik juga sah-sah saja asalkan niatnya baik. Semoga bermanfaat!

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel