Indonesia Kekurangan Penghulu, Emang Apa sih Dampaknya Buat Kita?

Indonesia Kekurangan Penghulu, Emang Apa sih Dampaknya Buat Kita?

Indonesia Darurat Penghulu
Ilustrasi oleh Ahmad Yani Ali

Sebagai penghulu, dampak penurunan jumlah ini sebenarnya sudah saya dan rekan sesama penghulu rasakan. Masyarakat juga langsung merasakannya. Khususnya buat yang mau menikah.

Sepekan ini, beberapa kawan saya mengirimi postingan di Instagram, dengan satu tema yang sama: Indonesia kekurangan penghulu.

Ini tidak sedang berchandyaaa~ infonya bukan hoaks. Bukan postingan kayak yang dikirim di grup WA keluarga. Ada kok di berita. Jadi rill no fek fek.

Di berita dan postingan yang teman-teman saya kirim, tertulis bahwa Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan, kebutuhan penghulu secara nasional sebanyak 16.000an. Namun yang tersedia dan masih bertugas baru 9000an penghulu.

Dari mana angka ideal itu muncul? Pihak Kemenag tentu lebih paham.

Tapi salah satu indikator pasti, bisa diperkirakan dari jumlah pernikahan selama setahun dengan jumlah penghulu di tiap Kantor Urusan Agama (KUA).

Menurut perhitungan Kemenag, tahun 2027 nanti ada sekitar 2000an penghulu yang akan purna tugas. Ini baru yang purna tugas karena usia lohh. Belum yang purna dengan alasan lain, yang berada di luar jumlah itu.

Untuk memenuhi kebutuhan yang banyak, Kemenag nggak bisa tuhh ujug-ujug membuka lowongan sejumlah penghulu yang dibutuhkan. Karena penentuan jumlah jabatan tidak sesimpel itu matematikanya broww.

Sebagai penghulu, dampak penurunan jumlah ini sebenarnya sudah saya dan rekan sesama penghulu rasakan. Masyarakat juga langsung merasakannya. Khususnya buat yang mau menikah.

Kalau jumlah penghulu semakin menurun dan benar-benar kekurangan, kira-kira ini dampak yang akan kita rasakan.

Jadwal Akad Nikah Tidak Bisa Request

Ada hal berbeda dalam layanan publik Kantor Urusan Agama (KUA), jika dibandingkan dengan layanan pada instansi pemerintah lainnya.

Umumnya, layanan instansi pemerintah seperti pembuatan SIM di Kepolisian, KTP di Dukcapil, dan lainnya memiliki durasi waktu yang jelas. Sedangkan waktu layanan KUA bersifat fleksibel.

KUA sering melayani pernikahan warga pada waktu-waktu yang ditentukan permintaan keluarga calon pengantin. Nggak jarang di luar jam aktivitas masyarakat pada umumnya. Kayak minta akad nikah jam 5 pagi atauu abis shubuh bangeett. Ada juga yang meminta akad nikah dilakukan jam 10 malam.

Yaaa macam-macam. Dan kami menuruti. Sebab bagi kami, nikah bukan semata-mata sebuah peristiwa administratif negara, tetapi menyangkut aspek sosial, budaya, dan keyakinan.

Yang jelas, memang ada waktu atau bulan-bulan yang ramai orang menikah. Kayak Syawal, Sya’ban, Dzulhijjah.

Kalau kita bener-bener kekurangan penghulu, bagi yang mau menikah di bulan-bulan tersebut, khususnya wilayah yang padat penduduk, jangan harap bisa memilih waktu akad sesuka hati dehh.

Pengalaman saya selama beberapa tahun ini, pada bulan-bulan tertentu memang jadwal pernikahan membludak. Syawal misalnya.

Saya pernah mengatur 10 jadwal pernikahan dalam sehari. Repotnya lagi, hampir semua pengantin inginnya menikah pada pukul 8 atau 9 pagi.

Sedangkan penghulu di tempat saya tugas hanya ada 2. Jadi ya maksimal hanya 2 pengantin yang bisa kami layani dengan jadwal yang sama.

Akhirnya, mau tidak mau pasangan yang lain harus mengalah. Khusus di waktu ketika jumlah akad nikah melebihi jumlah salat wajib kita sehari semalam. Yaa biasanya jadwal nikah pengantin mengikuti keputusan dari KUA.

Padahal memang suasana paling nyaman untuk akad nikah kan sebelum zuhur, ya gak siii? Kecuali orang-orang yang masih pakai perhitungan tertentu, yang bisa jadi waktu terbaik menurut hitungan mereka untuk menikah jatuh pada sore hari atau bahkan malam.

Stagnansi Perkembangan Kantor

Selain jadwal untuk menikah, akibat dari jumlah penghulu yang semakin terkikis adalah stagnansi perkembangan kantor.

KUA sebagai corong Kementerian Agama, tidak dapat berkembang secara maksimal. Gimana mau berkembang, lha penghulu yang menjabat kepala KUA di satu wilayah juga menjadi PLT di KUA lain.

Di manapun itu, rangkap jabatan memang sebaiknya dihindari. Selain mengikis konsentrasi dalam bekerja, jabatan yang rangkap itu membuat suasana kantor tidak stabil.

Tapi saya akui, para kepala KUA yang menjabat juga PLT di KUA lain merupakan orang-orang yang ikhlas. Sesuai slogan Kementerian Agama, “ikhlas beramal”. Kerjanya double, gajiannya tetap satu.

Minimnya jumlah penghulu juga bisa berpengaruh kepada kualitas layanan yang diberikan oleh KUA kepada masyarakat.

Selain menjadi petugas pencatat nikah, penghulu juga berperan aktif dalam membantu terwujudnya keharmonisan keluarga. Utamanya melalui kegiatan bimbingan perkawinan yang bersinergi dengan penyuluh agama.

Suka Duka Jadi Penghulu

Sebenarnya sudah nggak kaget-kaget amat siii denger Indonesia kekurangan penghulu. Bisa dibilang salah satu faktor kenapa bisa sampe kekurangan, karena nggak banyak orang tau lebih dalam tentang profesi ini.

Jadinya minat masyarakat kurang. Nggak jarang juga orang meng-underestimate profesi ini.

Taunya penghulu tuhh menikahkan pengantin ajaa. Padahal tugas dan tanggung jawab yang kami jalankan tidak hanya ituu. Dan sama kayak profesi lain, ada suka dukanya.

Kali aja ada yang mau membebaskan Indonesia dari situasi darurat ini, saya share suka duka jadi penghulu. Biar ada gambaran. Barangkali ada yang minat yee kaan.

Pertama, penghulu adalah ASN. Iyaa, nggak banyak yang tahu kalau penghulu itu Aparatur Sipil Negara. Jadi, kalau mau jadi penghulu ya harus nunggu lowongan pembukaan.

Tapiii nggak usah khawatir tentang saingan.

Secara otomatis, formasi penghulu tidak akan diisi oleh perempuan. Karena syarat penghulu adalah laki-laki. Jadi yaa saingannya berkurang.

Nah, dibanding formasi yang lain, penghulu bisa jadi alternatif bagi Anda sarjana syariah dan sejenisnya, yang mencari formasi dengan jumlah pendaftar masih sesuai nalar.

Kedua, beda wilayah beda kisah. Di kota besar, mobilitas penghulu masih cukup mudah untuk menghadiri lokasi akad nikah karena wilayah yang terjangkau dan akses kendaraan yang aman.

Di luar Jawa, khususnya di wilayah pedalaman, gambaran itu tidak ada. Jarak KUA ke lokasi pernikahan bahkan bisa setengah hari perjalanan. Ditambah rute yang kadang membelah hutan, menyisir rawa, mendaki gunung lewati lembah.

Ketiga, kadang bisa maraton drakor. Begini, di KUA itu ada tipologinya. Ada yang di atas 1000 peristiwa nikah pertahun, ada yang di bawah 50 peristiwa nikah pertahun.

Nah, yang di bawah 50 peristiwa nikah pertahun ini kadang sebulan sama sekali nggak ada pernikahan. Kalau di tempatkan di KUA yang minim pernikahannya, dan Anda penikmat drakor, 2 season 32 episode drakor bisa Anda khatamkan dalam seminggu.

Keempat, akhir pekan adalah hari kerja Anda. Ya mau gimana lagi, namanya undangan manten kan seringnya kalau nggak Sabtu ya Minggu. Padahal buat PNS lain itu hari libur, hari beberes rumah. Waktu bertamasya keluarga. Quality time bersama istri dan anak.

Makannya saya angkat topi sama para istri dan anaknya penghulu. Dengan hati yang lapang mereka menerima suaminya masih harus mengabdi membahagiakan orang-orang di akhir pekan. Termasuk istri dan anak saya, I looveeee youuu both so mucchhh~

Kelima, Anda akan tiba-tiba jadi mahir dalam ilmu navigasi dan menjadi orang yang level kesabarannya meningkat. Ilmu navigasi yang saya maksud adalah berkaitan dengan peta lokasi bertugas.

Demi efisiensi waktu dan jarak, alih-alih mengambil jalur utama, jalan tikus seringkali menjadi pilihan. Tujuannya ya supaya tidak telat ke lokasi pernikahan ketika ada pelayanan yang lebih padat dari biasanya.

Tentang meningkatnya level kesabaran ini bukan isapan jempol belaka. Saya mengalaminya sendiri. Pernah saya dan pengantin bersepakat untuk akad nikah pukul 8. Dan saya di lokasi pukul 8 kurang 1 menit. Ternyata pengantin belum selesai dirias, maka mutlak bagi saya untuk tetap tenang dan tersenyum senang.

Bahkan apabila pelaksanaan harus mundur sampai setengah jam, sebagai penghulu saya tidak boleh menunjukkan gestur tubuh yang tidak menyenangkan. Karena sekali saja penghulu cemberut, maka bisa ditandai seumur hidup.

Nah, jadi begituu dampak Indonesia kekurangan penghulu. Berikut suka duka menjalani profesi ini. Gimana, ada yang minat daftar penghulu?

Editor: Mita Berliana
Penulis

Wildan Kurniawan

Penghulu yang siap halalin kamu dan pasanganmu.
Opini Terkait

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel