Sediksi.com – Serangan pasukan Israel di sebuah kota di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel. Serangan itu dilancarkan pasukan Israel, Kamis (23/2) dini hari WIB, dan menewaskan 11 orang Palestina dan melukai puluhan lainnya.
Dilaporkan The Guardian, Pejabat Palestina menyebut sekurang-kurangnya 103 orang terluka. Kebanyakan menderita luka tembakan. Pejabat senior Palestina, Hussein al-Sheikh, mengutuk serangan itu sebagai “pembantaian” dan berharap “perlindungan internasional untuk rakyat kami”.
Di lain sisi, militer Israel menyebut operasi itu menargetkan 3 militan yang berada di pusat kota tua Nablus. Ketiga militan itu tewas bersama dengan 7 orang lainnya, termasuk 1 pria 72 tahun.
Serangan itu merupakan salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun belakangan, di mana situasi rawan konflik di wilayah Tepi Barat dan Timur Jerusalem kian memburuk. Di wilayah itu, aksi salang balas kerap terjadi.
Kekerasan di Nablus terjadi saat keadaan kritis dalam hubungan Israel dan Palestina, ketika pemerintahan Israel dikuasai oleh ultranasionalis yang bersumpah untuk bersikap keras pada para militan.
Melalui Twitter, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyebut bahwa Israel memiliki “lengan panjang” yang sanggup “menjangkau teroris di mana pun”.
Pada saat yang sama mereka juga mendorong ekspansi pendudukan di Tepi Barat. Selasa lalu, pemerintah Israel merestui pembangunan 2000 rumah baru di Tepi Barat. Permukiman baru itu disetujui berkat tekanan tokoh kanan ekstrem yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Rekaman yang diambil selama serangan itu menunjukkan konvoi kendaraan pasukan Israel melewati Nablus. Warga di sana meneriaki mereka, sementara para pemuda melemparkan barang-barang ke arah konvoi.
Beberapa warga lain melempari konvoi itu dengan batu yang segera dibalas oleh pasukan Israel dengan tembakan gas air mata. Seorang warga lokal mengatakan pasar di Nablus itu mendadak gemuruh dengan suara tembakan dan pertempuran berlangsung hingga beberapa jam.
“Kami mendengar suara ledakan dan tembakan terus-terusan,” kata Mostafa Shaheen pada AFP.
Serangan balasan
Akibat serangan itu, Israel menerima serangan balasan ke wilayah kota Ashkelon dan Sderot. Militer Israel mengklaim berhasil mencegat lima dari enam roket yang diluncurkan. Satu roket yang lolos jatuh di di ladang terbuka.
Sirene peringatan dibunyikan di dua kota yang tak jauh dari Jalur Gaza itu sekitar pukul 4 pagi waktu setempat. Tidak ada laporan kerusakan maupun korban jiwa akibat serangan tersebut.
Belum ada kelompok militan yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket ke wilayah Israel tersebut.
Kendati demikian, Ziad al-Nakhala, pemimpin salah satu kelompok militan yang berbasis di Gaza menyebut serangan militer Israel merupakan “kejahatan besar” yang “mesti direspon oleh kelompok militan.
Respon negara
Beberapa negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara menyesalkan serangan di Nablus itu. Mesir, yang kerap menjadi perantara Israel dan Hamas menyatakan kekhawatiran ekstrem terkait eskalasi konflik.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah menjalin hubungan baru dengan sejumlah negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain. Hubungan itu meresmikan kerjasama dagang, keamanan dan ekonomi, sekaligus mengubah bentuk kebijakan selama beberapa dekade yang fokus pada urusan Palestina.
Di sisi lain, AS yang berupaya bertidak sebagai jembatan untuk perdamaian Israel dan Palestina memahami kekhawatiran Israel soal keamanan. Meski demikian, AS mengaku sangat prihatin dengan jumlah korban dan hilangnya nyawa warga sipil.
Upaya AS untuk menjembatani perdamaian Israel dan Palestina mengendur sejak administrasi Donald Trump, dan belum ada tanda-tanda peningkatan semenjak Joe Biden menjabat setahun lalu.