Sediksi.com – Recep Tayyip Erdogan (Erdoğan) memenangkan Pemilihan Umum (pemilu) Turki 2023 putaran kedua yang diumumkan malam kemarin (28/5). Ia akan melanjutkan masa kepresidenannya yang sudah berjalan lebih dari 20 tahun hingga lima tahun selanjutnya.
Pemilu putaran kedua ini mengadu Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu (Kılıçdaroğlu) dengan perolehan suara masing-masing 52,14% dan 47,86%. Selisih ini tetap tipis dan sesuai dengan perkiraan para analis politik.
Meski demikian, Erdogan sah dianggap pemenang pemilu kali ini. Selain mendapatkan suara terbanyak, Erdogan juga mendapatkan suara lebih dari 50% yang berarti kemenangannya dalam pemilu presiden ini mutlak dan sesuai dengan konstitusi Turki.
Jumlah partisipasi menurun
88% dari 64 juta warga Turki yang berhak memilih telah mengikuti pemilu Turki pada Minggu, 14 Mei 2023 untuk memilih presiden dan legislatif.
Persentase partisipasi tersebut menurun sekitar 4% dan menjadi 84% pada pemilu putaran kedua yang diselenggarakan kemarin Minggu, 28 Mei 2023.
Penurunan partisipasi ini sudah diantisipasi oleh banyak analis setelah Sinan Oğan, kandidat presiden dengan suara terbanyak ketiga mengumumkan hari Selalu lalu bahwa ia mendukung Erdogan untuk pemilu putaran kedua.
Sinan yang menempati posisi ketiga suara terbanyak dalam pemilu putaran pertama mendapatkan total suara 5,17%.
Kebanyakan suara yang masuk ke Sinan berasal dari warga Turki yang tidak menyetujui kebijakan-kebijakan Erdogan, tapi juga tidak ingin mendukung Kemal.
Dukungan Sinan terhadap Erdogan memberikan beberapa kemungkinan.
Pertama, lebih banyak pendukungnya yang memilih Erdogan. Kedua, tidak menutup kemungkinan banyak yang justru lebih memilih Kemal.
Terakhir, sangat mungkin banyak pemilih Sinan sebelumnya memutuskan untuk tidak memilih siapapun di pemilu putaran kedua.
Penurunan partisipasi pemilu putaran kedua ini menunjukkan banyak juga warga Turki yang memutuskan untuk tidak mengikuti pemilu putaran kedua ini. Bagi Turki, penurunan partisipasi warga Turki dalam pemilu putaran kedua ini berarti sesuatu.
Bagi negara-negara lain yang juga sudah menyelenggarakan pemilu pada tahun ini, persentase tersebut sangat tinggi.
Di hari yang sama pemilu Turki dliaksanakan, Thailand juga melaksanakan pemilu. Total partisipasinya sebesar 75,22%. Empat bulan sebelumnya pada 25 Februari, Nigeria melaksanakan pemilu dan jumlah partisipasi pemilihnya hanya 36,6%.
Antusiasme terhadap Erdogan tetap tinggi
Bagi Turki, penurunan partisipasi pemilu putaran kedua ini menunjukkan mereka hanya memiliki dua pilihan kandidat presiden.
Pertama, Erdogan, kandidat yang masih punya banyak pendukung terlepas dari masalah-masalah selama masa kepemimpinannya yang belum terselesaikan, dari masa kepemimpinan yang sudah berlangsung lebih dari 20 tahun tersebut.
Kedua, Kemal, yang meskipun berasal dari partai sekuler dan liberal sekalipun, ternyata tidak cukup bisa meyakinkan dan memenangkan suara mayoritas warga Turki. Bahkan meskipun sudah menyebut Erdogan sebagai anti Ataturk, bapak pendiri Republik Turki.
Mengingat Erdogan adalah pemimpin yang akhirnya membawa Turki keluar dari sekularisme dengan salah satunya mengubah fungsi Hagia Sophia yang sebelumnya adalah museum menjadi masjid sejak tahun 2020.
Hagia Sophia sendiri difungsikan sebagai museum sejak 1934 oleh bapak pendiri Republik Turki yang sekuler tersebut, Kemal Ataturk (Atatürk).
Perubahan fungsi Hagia Sophia ini sangat didukung oleh mayoritas warga Turki yang juga didominasi oleh penganut Islam. Sehingga memotivasi warganya memilih Erdogan dibanding kandidat-kandidat sekularis seperti Kemal.
Partisipasi putaran kedua justru meningkat di lingkungan diaspora Turki
Warga Turki yang berhak memilih dan tinggal di luar negeri sekitar 3,5 juta dengan diaspora Turki terbanyak menetap di Jerman dan mencapai 1,5 juta penduduk.
Menariknya, partisipasi warga Turki yang tinggal di luar negeri terus meningkat di setiap pemilu, bahkan partisipasi pemilu putaran kedua ini lebih banyak dibandingkan putaran pertama.
Yunus Ulusoy, peneliti Pusat Studi Turki di Jerman mengatakan terdapat peningkatan partisipasi diaspora Turki di Jerman hingga 19% dibandingkan dengan tahun 2018 lalu.
“Diaspora Turki yang berhak memilih memiliki keterikatan emosional yang besar terhadap pentingnya pemilu meskipun hasilnya juga tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka di Jerman,” ucap Yunus terkait partisipasi diaspora Turki yang terus meningkat.
Mayoritas diaspora Turki di Jerman sendiri ini mendukung Erdogan. Sehingga demi mendapatkan dukungan dari diaspora Turki di Jerman ini, partai Kemal berupaya dengan mengorganisir bus yang membawa para pemilih ke konsulat Turki di Berlin.