Indonesia vs Argentina, Hiburan di Tengah Carut-Marutnya Sepak Bola Kita

Indonesia vs Argentina, Hiburan di Tengah Carut-Marutnya Sepak Bola Kita

Indonesia vs Argentina
Ilustrasi oleh Ahmad Yani Ali

“Kegilaan” Indonesia juga terbukti dengan banyaknya drama, komedi, serta persoalan keadilan yang selalu mengikuti sepak terjang sepak bola dalam negeri.

Mimpi apa kita semua? Indonesia akan melawan juara dunia Piala Dunia 2022 Qatar yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2023. Wuuuiiih benar daah!

Kabar ini bagaikan durian runtuh bagi seluruh pecinta sepakbola Indonesia yang terkenal menggilai olahraga ini.

“Kegilaan” Indonesia juga terbukti dengan banyaknya drama, komedi, serta persoalan keadilan yang selalu mengikuti sepak terjang sepak bola dalam negeri. Ditambah masih simpang siurnya kejadian Stadion Kanjuruhan yang menghilangkan nyawa ratusan korban jiwa, yang kebenarannya juga ikut hilang bersama hembusan angin. *ehh

Yaah, apapun itu hiburan tetaplah hiburan. Datangnya Lionel Messi, Lautaro Martinez, Emiliano Martinez dan kawan-kawan mungkin akan menjadi satu-satunya kunjungan Timnas Argentina resmi dalam FIFA Matchday menjelang pensiunnya Messi.

Meskipun tengah memasuki masa penghujung karirnya, Lionel Messi masih merupakan salah satu pemain terbaik dunia saat ini. Sehingga, penampilan pemain berusia 35 tahun ini, entah itu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) atau Jakara Internasional Stadium (JIS), tetaplah dinanti. Aksi dari pemenang Ballon d’Or sebanyak tujuh kali ini hampir selalu menjadi magnet tersendiri bagi khayalak sepakbola Indonesia dan dunia.

Rasanya berat bagi Indonesia untuk meraih hasil positif dalam laga nanti. Pasalnya, Argentina saat ini menempati peringkat 1 dunia dalam ranking FIFA, ditambah juara dunia lagi.

Laga sepak bola antara Indonesia dan Argentina ini bagaikan laga kedua negara di cabang olahraga badminton, namun kebalikannya. Argentina mungkin akan sulit mencapai hasil positif saat bertanding dengan Indonesia di Piala Thomas, di mana tim merah putih menjuarai turnamen ini sebanyak 14 kali. Badminton loo yaa tapi.

Indonesia sendiri sepak bolanya saat ini berada diperingkat 149 FIFA, yang berarti kalau Indonesia “hanya” kalah dengan margin kurang dari tiga gol sudah sangat luar biasa loo. Selain itu, bila kita perbandingkan harga total skuad senior antara Indonesia dan Argentina akan semakin melihat perbedaan yang jauh. Berdasarkan data transfermarkt, skuad Indonesia memiliki nilai pasar sebesar 151,65 miliar Rupiah dan Argentina sebesar 11 triliun sekian lah pokoknya.

Oleh karena itu, pertandingan ini rasanya akan menjadi pengalaman luar biasa bagi para pemain serta hiburan yang memang dinantikan oleh suporter sepakbola kita, seperti menunggu konser Coldplay bulan November nanti yang akan berlangsung di GBK juga.

Sejatinya, jika menilik rilis resmi dari AFA (PSSI-nya Argentina), timnas Argentina memang sudah merencanakan tur ke benua Asia yang awalnya direncanakan melawan Cina dan Indonesia. Jadwal tersebut kemudian berubah menjadi melawan Australia, yang akan diadakan di Beijing, lalu diikuti laga melawan Indonesia di Jakarta.

Gosipnya, AFA lagi membutuhkan banyak dana segar untuk menjaga keuangan organisasi sepakbola nasional sampai akhirnya mencari alternatif pendanaan lain lewat FIFA Matchday dengan bayaran yang pasti mahal.

Gosip lain yang beredar mengatakan ongkos yang dikeluarkan untuk membawa tim Argentina secara komplit hampir menyentuh 74 miliar Rupiah. Hal ini juga didukung dengan bantuan legenda Argentina, Javier Zanetti, untuk bisik-bisik ke PSSI-nya Argentina agar mau main ke Indonesia. Faktor kedekatan Erick Thohir dengan vice president Inter Milan tersebut tentu menjadi koentji yaa kawan, gilaa bener pokoknya!

Pertemuan antara 2 negara ini pun sebenarnya bukan yang pertama. Flashback ke tahun 1979, tim muda Indonesia dan Argentina pernah bertemu pada ajang Piala Dunia U20 di Jepang. Kala itu, Diego Maradona dkk. berhasil mencukur gundul Bambang Nurdiansyah dkk. 5 gol tanpa balas.

Selanjutnya, timnas Indonesia U23 pernah melawat ke negeri Tango dalam rangka persiapan jelang SEA Games 2007 dan menggelar laga uji coba menghadapi timnas Argentina U20. Skor saat itu berakhir imbang 1-1. Hasil tersebut kemudian diikuti dengan nasib naas garuda muda pada SEA Games 2007 yang tidak lolos dari penyisihan grup akibat finis di bawah Thailand dan Myanmar.

Pertemuan 16 tahun yang lalu tersebut menjadi laga terakhir kedua keseblasan. Memang tidak apple to apple ya membandingkan pertemuan Argentina dan Indonesia di level kelompok usia dengan pertemuan 19 Juni 2023 besok. Akan tetapi, setidaknya kita jangan katrok-katrok bangat lah saat bertanding di FIFA Matchday nanti.

Erick Thohir pada konferensi pers yang dirilis PSSI pada Rabu, 24 Juni 2023 menjelaskan bahwa pertemuan dengan tim-tim level top dunia akan terus dilakukan setiap tahunnya. Ia mengklaim bahwa Maroko, Portugal, serta Russia sudah merespons ajakan untuk ujicoba.

Ia menggarisbawahi bahwa harus ada keseimbangan antara bertemu tim-tim top level dunia dengan tim yang sekiranya mampu dikalahkan tim kita, agar Indonesia kedepannya mampu segera menembus peringkat 100 FIFA. Menaikkan peringkat FIFA menjadi target federasi selanjutnya setelah Indonesia kembali berhasil menempati peringkat 149 FIFA.

Selain itu, PSSI juga menyadari masih banyak masyarakat yang menyoroti kinerja organisasi yang penuh dengan drama dan kurang transparan. Ke depannya Erick Thohir akan mendorong agar federasi mampu berubah menjadi lebih transparan, baik dari sisi pemasukan maupun pengeluaran, dan tidak kucing-kucingan lagi seperti yang dulu-dulu. Pak Erick juga menegaskan bahwa sebenarnya PSSI bukan organisasi miskin.

Kenyataan sepakbola seharusnya memang menjadi tontonan utama masyarakat Indonesia harusnya ditekankan bersama. Utamanya setelah tragedi Stadion Kanjuruhan yang melempar logika kita kembali bahwa nyawa lebih berharga dari sekedar sepakbola dan posisi PSSI masih sering goyah ketika berhadapan dengan tragedi kemanusiaan terbesar di tahun 2022 itu.

Mengutip buku Simulakra Sepakbolanya Zen RS, Antonio Gramsci pernah mengatakan bahwa sepakbola adalah model manusia individualistik. Dari pernyataan ini tebersit pertanyaan untuk Erick Thohir. Benar-benar komitmen kan sama sepakbola Indonesia? Bukan sebagai persiapan untuk cawapres kan yaa, Pak yaa? Untuk Indonesia kan, bukan diri anda sendiri?

Editor: Ahmad Gatra Nusantara
Penulis
Muhammad Rizal

Muhammad Rizal

Suka nonton Youtube-nya Mas Alip Ba Ta. Dulunya pernah kuliah Sosiologi dan penyuka tim Persis Solo.
Opini Terkait
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel