Perlukah Peringatan Hari AIDS Sedunia?

Perlukah Peringatan Hari AIDS Sedunia?

Hari AIDS Sedunia
Ilustrasi oleh Ahmad Yani Ali

AIDS disebabkan virus penyakit yakni HIV. Lantas, layakkah sebuah virus penyakit diperingati? Hari AIDS sebenarnya menyadarkan atau justru mendepresikan?

Setiap tanggal 1 desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Memang masih beberapa bulan lagi siii. Tapi, pernah nggak terpikirkan, AIDS kan disebabkan virus penyakit yakni HIV. Lantas, layakkah sebuah virus penyakit diperingati? Hari AIDS sebenarnya menyadarkan atau justru mendepresikan?

Loh lohh..

Memang, peringatan hari AIDS sedunia memiliki visi dan misi yang bagus, yakni memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang wabah AIDS beserta sebab virus HIV. Tetapi tujuan agar saling peduli dan menyadari tersebut dikhawatirkan menjadi boomerang untuk orang-orang yang dinyatakan positif mengidap AIDS.

Harapan untuk saling peduli bisa berujung saling menjauhi, bahkan saling memaki. Hal ini disebabkan oleh pemahaman tentang HIV/AIDS yang kurang mendalam di kalangan masyarakat awam. Mitos tentang virus HIV/AIDS dapat tertular jika berada dalam radius beberapa milimeter, masih dipercaya dan diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga sebagian besar orang merasa takut untuk bergaul dan berdekatan dengan para pengidap HIV/AIDS.

Cara untuk ‘beneran’ peduli dengan pengidap AIDS

Hal yang paling diperlukan bagi pengidap AIDS adalah dorongan dan kepedulian, bukan peringatan. Pernyataan ini sejalan dengan lambang pita merah sebagai simbol AIDS yang memiliki makna keprihatinan terhadap pengidap AIDS.

Bagi sebagian besar pengidap AIDS, terjangkit AIDS adalah aib yang seharusnya menjadi privasi, bukan malah diperingati.

Tentu organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memiliki tujuan yang baik, dengan mencetuskan peringatan hari tersebut di tahun 1988. Namun terkadang dalam beberapa kasus tertentu, cara yang paling baik adalah tidak melakukan apapun, dibiarkan saja mengalir seperti air. Sebab semakin diingat, semakin membuat pengidapnya tertekan. Gimana nggak? AIDS sendiri telah mengganggu kesehatannya, kemudian ditambah dengan beban tekanan mental dari lingkungan sekitar.

Contoh kasus tersebut banyak sekali dengan mengetik “pengidap aids meninggal karena stress” di Google, yang kebanyakan pengidapnya memutuskan mengakhiri hidup. Dari sini bisa dilihat bahwa faktor kematian bisa jadi bukan disebabkan penyakitnya, tetapi beban pikiran yang harus ditanggung oleh sang penderita penyakit.

Beberapa kasus juga membuktikan bahwa pengidap penyakit akut masih memiliki waktu hidup yang relatif panjang karena menjalaninya dengan hati lapang. Begitu pula sebaliknya, beberapa orang yang menderita penyakit skala ringan hingga sedang mendapatkan waktu hidup yang relatif pendek karena tidak mampu menahan tekanan secara psikis hingga akhirnya memilih bunuh diri.

Hari peringatan adalah mengenang suatu hal

Peringatan adalah mengenang suatu hal. Mengenang akan menjadi menyenangkan jika yang dikenang adalah hal yang indah. Jika yang dikenang adalah hal yang buruk, maka mengenang akan menjadi suatu hal yang menyakitkan.

Meskipun pepatah-pepatah bijak telah menyebutkan bahwa masa-masa gelap harus dipeluk dengan erat; diterima dengan kuat; diikhlaskan dengan tanpa sambat, namun tetaplah akan selalu menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Mungkin saja akan ada seseorang yang mampu melakukannya, namun setidaknya risiko-risiko terburuk perlu menjadi bahan pertimbangan.

Divonis positif mengidap AIDS adalah hal yang sangat menyakitkan, ditambah lagi harus mengenangnya pula. Bagaimana perasaan orang yang mengidapnya?

Jika memang pemerintah masih ngotot untuk tetap mempertahankan peringatan hari AIDS di negara ini, maka lebih baik diksinya diperbarui. Misalnya diganti menjadi “Hari peduli AIDS sedunia”. Ungkapan peduli lebih terkesan hangat daripada menggunakan istilah memperingati. Bisa juga menggunakan istilah yang lebih sastrawi seperti “Hari memeluk AIDS sedunia”. Dengan fungsi sastra, tujuan informasi akan tersampaikan dengan kandungan dulce sekaligus utile di dalamnya, yakni fungsi ganda untuk menghibur sekaligus bermanfaat. Ungkapan memeluk terasa penuh selaksa makna sekaligus mengembarakan pesan-pesan kepada setiap insan untuk saling merangkul dan mendukung satu sama lain.

Jadi, masih perlukah peringatan hari AIDS?

Editor: Mita Berliana
Penulis
Akhmad Idris

Akhmad Idris

Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel