Bursa transfer pemain musim dingin resmi ditutup akhir Januari kemarin. Liga Inggris lagi-lagi jadi yang paling boros untuk urusan beli pemain. Saking borosnya, liga-liga top 5 Eropa sampai nggak habis pikir dan mulai ramai-ramai julid soal aktivitas transfer di Inggris.
Menurut catatan transfermarkt, selama bursa transfer musim dingin, Liga Inggris menghabiskan lebih dari 900 juta Euro. Jauh meninggalkan Liga Prancis di peringkat kedua dengan 127,8 juta Euro. Liga Jerman di peringkat ketiga hanya mengeluarkan 67,3 juta Euro. Sementara Liga Spanyol dan Liga Italia masing-masing hanya 31 juta Euro.
Aktivitas transfer salah satu klub mapan Liga Inggris Chelsea mencapai 329,5 juta Euro. Jumlah itu bahkan melebihi total pengeluaran total 4 liga top lain.
Baca Juga: Pensiunnya Nomor Punggung Jude Bellingham di Birmingham City dan Pilihan Dilematis yang Membuntuti
Sejumlah pejabat dari liga-liga dan klub Eropa cuma bisa geleng-geleng. Berikut ini komentar mereka menyoal betapa borosnya klub-klub Liga Inggris:
Javier Tebas – Presiden La Liga Spanyol
Presiden La Liga Spanyol, Javier Tebas, mengusulkan pembuatan regulasi anyar soal kebijakan transfer agar kekuatan finansial klub-klub lebih terkontrol. Tebas membandingkan Liga Inggris dengan Liga Spanyol yang memiliki aturan pembatasan mengenai jual-beli pemain.
Dikutip dari Tribal Football, Tebas mengatakan, “Pemilik klub di Liga Inggris melakukan “doping” pada klub mereka. Mereka menyuntik dana yang tidak berasal dari pendapatan klub buat dihabiskan, yang mana berisiko jika sekiranya pemilik klub pergi.”
“Dalam pandangan kami, ini curang, karena liga-liga lain akan sulit bersaing.”
Baca Juga: Profil Hakim Ziyech: Sempat Memilih Pensiun dari Timnas Maroko dan Kontribusinya di Piala Dunia 2022
Andrea Agnelli – Eks CEO Juventus, klub Serie A Italia
Diberitakan oleh Reuters, Agnelli percaya bahwa sepak bola Eropa butuh reformasi struktural demi masa depan sepak bola. Meski ia tak menyebut bagaimana.
“Tanpa itu, kita akan melihat kemunduran sepak bola dan terbentuknya liga yang dominan, Liga Inggris, yang bisa memikat semua pemain berbakat Eropa dan meminggirkan liga-liga lainnya.”
Ilja Kaenzig – CEO Bochum, klub Bundesliga Jerman
CEO Bochum, Ilja Kaenzig, amat khawatir jika keseimbangan antar liga makin bergeser. Ia menyebut yang kaya bakal tetap kaya, dan dominasi finansial Liga Inggris makin menguat.
Ia mengambil contoh dari klubnya. Salah satu talenta terbaik yang dimiliki Bochum, Armel Bella-Kotchap, dibeli oleh klub Liga Inggris Southampton dengan mahar 10 juta Euro.
Transfer itu jadi yang paling mahal dalam sejarah Bochum, dan menandakan betapa besar daya tarik Liga Inggris. Transfer 10 juta Euro relatif murah untuk ukuran Liga Inggris.
Dikutip dari The Athletic, “Bisa-bisa klub-klub dari Liga Jerman bakal jadi semacam akademi buat klub-klub Liga Inggris. Saat klub Inggris menginginkan pemainmu, pilihannya cuma jual sekarang atau bakal kehilangan aset secara cuma-cuma saat kontrak mereka habis.”
Baca Juga: Jamal Musiala dan Momentum Piala Dunia 2022
Dennis te Kloese – Presiden Feyenoord, klub Eredivisie Belanda
Kloese menyebut jika Liga Inggris dilihat sebagai langkah besar bagi banyak pemain. Ia membandingkan klubnya yang punya sejarah bagus di Liga Belanda dan Eropa dengan tim-tim di Inggris.
Kekuatan finansial mereka kalah jauh jauh dengan klub top Inggris, dan kurang lebih setara dengan klub medioker Liga Inggris.
Dikutip dari The Athletic, Kloese mengatakan, “Amat sulit untuk bersaing dengan klub Inggris saat mereka datang. Mereka menawarkan harga mahal buat klub dan gaji tinggi buat pemain.”
Damien Comolli – Chairman Toulouse, klub Liga Prancis
Berbeda dengan beberapa sejawatnya di liga lain, Damien Comolli mengatakan agar liga-liga lain mengupayakan sesuatu agar bisa bersaing dengan liga Inggris. Comolli juga mengaku menyukai sepak bola Inggris. Ia pernah menjabat sebagai direktur sepak bola di Tottenham dan Liverpool.
Dikutip dari The Athletic, kesuksesan Liga Inggris, dalam kacamata Comolli, terbentuk karena dua hal. Pertama, loyalitas, hasrat dan fanbase yang besar pada tiap klub. Kedua, jika Liga Inggris bisa, kenapa liga lainnya tidak?
“Kalian nggak seharusnya ngeluh soal kesuksesan orang lain. Mulailah mengelola sepak bola dengan caramu sendiri. Jual hak siar dengan lebih baik. Bentuk dan jual di pasar Internasional, seperti yang Liga Inggris lakukan.”
Komentar-komentar di atas menunjukkan bahwa pandangannya beragam. Apakah strategi transfer klub-klub Inggris mengancam keberlanjutan liga Inggris doang, atau juga berarti ancaman bagi sepak bola?